Archive for the ‘persaudaraan’ Tag

Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW   Leave a comment

Sholallahu ‘alaa Muhammad, Sholallahu ‘alaihi wasallam…

Semoga beberapa kutipan berikut dapat menambah dan memecah hati kita agar dapat dipenuhi dengan rasa cinta kepada Rasulullah SAW, sehingga memperkuat persaudaraan kita sesama panji Agama Islam..

Kucoba ketik tulisan ini dengan setegar-tegarnya, namun ternyata bendungan air mata tak tahan terjatuh juga,, segenap bulu romaku merinding dan bertambahlah rasa cinta ini. Semoga Allah senantiasa menyampaikan salawat dan salam kepada Rasulullah SAW

—————————————————————————————————————————————–

Berkata Ibnu Mas’ud :

” Di kala telah dekat waktu wafatnya Rasulullah saw kami berkumpul bersama-sama di rumah ibu kita Aisyah ra. Nabi menoleh kepada kami dan kemudian kedua matanya mencucurkan air mata, dan kemudian beliau berkata antara lain:

” Selamat datang bagi kalian semua, semoga Tuhan melimpahkan rahmatNya kepada kamu! Aku berwasiat kepada kamu semua dengan taqwallah, taat kepadaNya. Telah dekat masa perpisahan dan telah hampir waktu pulang kepada Allah dan kepada surga Al-Makwa. Hendaklah Ali memandikan saya, Al-Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zaid yang menuangkan air, dan kemudian kapanilah aku dengan kainku jika kamu menghendaki yang demikian atau dengan kain putih buatan Yaman!.”

“APabila kamu telah selesai memandikanku letakkanlah jenasahku di atas tempat tidurku di rumahku ini di atas pinggir lubang kuburku. Kemudian bawalah aku ke luar sesaat, maka awal pertama kali yang memberi sholawat kepadaku adalah Allah Azza wa jalla sendiri, kemudian Jibrail, kemudian Mikail, kemudian Israfil, kemudian malaikat maut (Izrail) bersama pasukannya dan kemudian segenap para malaikat. Sesudah itu barulah kamu masuk kepadaku rombongan demi rombongan dan sembahyangkanlah aku bersama-sama!”

“Setelah para sahabat mendengar kata-kata amanat perpisahan Rasulullah SAW, mereka menjerit dan menangis dan kemudian berkata : “Ya Rasul Allah! engkau adalah Rasul kami, penghimpun-pembina kekuatan kami dan penguasa urusan kami, apabila engkau pergi dari kalangan kami, kepada siapakah gerangan lagi kami pergi kembali?”

Maka menjawablah Nabi SAW antara lain demikian bunyinya:

“AKu tinggalkan kamu di atas jalan yang terang, dan aku tinggalkan untukmu dua juru nasihat; yang berbicara dan yang diam. Penasihat yang berbicara ialah Al quran dan yang diam ialah Maut. Apabila kamu menghadapi persoalan-persoalan yang musykil, maka kembalilah kepada Alquran dan Sunnah, dan apabila hatimu kesat – kusut, maka tuntunlah dia dengan mengambil iktibar tentang peristiwa-peristiwa maut!”.

Setelah itu Rasulullah jatuh sakitlah pada akhir bulan Safar dan senantiasa beliau dalam keadaan sakit selama 18 hari (ada yang mengatakan 13 hari dan ada pula yang mengatakan 17 hari) yang senantiasa dijenguk oleh para sahabat. Adalah beliau menderita sakit kepala sampai beliau pulang ke Rahmatullah. Beliau diangkat Tuhan menjadi Rasul pada hari Senin dan meninggal dunia pada hari Senin juga. PAda hari terakhir dari hayatnya beliau, Penyakit beliau bertambah berat.

Dalam keadaan beliau yang kritis itu beliau masih terkenang kepada kaum fakir miskin dan melarat, dan ia teringat bahwa masih ada uang simpanannya sebanyak 7 dinar dalam rumahnya. Disuruhnya ambilkan uangnya itu kepada isterinya tercinta, siti Aisyah ra sambil berkata: “Bagaimana gerangan persangkaan Muhammad terhadap Tuhannya, sekiranya ia menemui Tuhannya sedang di tangannya tergenggam benda ini?” Kemudian diserahkannyalah harta miliknya yang terakhir itu kepada fakir miskin selaku kebajikan.

 

Setelah Bilal menyerukan adzan di waktu subuh dengan semerdu-merdunya ia pun berdiri di muka pintu rumah Rasulullah, maka ia pun memberi salam. ” Assalamualaikum ya Rasul Allah!” menyahutlah Fatimah, puteri tersayang beliau yang senantiasa mendampingi ayahnya di kala sakit. “Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya sendiri”. KEmudian Bilal pergi ke masjid dan ia tidak mengerti kata-kata Fatimah itu. Tatkala shalat subuh akan dimulai, maka ia datang ke rumah untuk kedua kalinya dan ia berdiri di pintu sambil mengucapkan salam seperti semula. Kali ini suaranya di dengar Rasulullah dan lantas menyuruhnya masuk dengan katanya: “masuklah engkau Bilal sambil menangis! Saya sibuk merawat diri saya dan sakitku bertambah berat. Hai Bilal, suruhlah Abu Bakar Sidik memimpin Sholat bersama orang banyak!”.

 

Kemudian Bilal pun keluar rumah menuju ke masjid sambil menagis dan tangannya diletakkan di atas kepalanya dan sambil mengeluh ia berkata : ” Oh musibah, putuslah harapan dan patahlah semangat! Wahai kiranya, alangkah baiknya kalu aku tidak dilahirkan ibuku!” Kemudian ia masuk ke dalam masjid memanggil Abu bakar sidik. ” Hai Abu bakar! ” Ujarnya. Sesungguhnya Rasulullah menyuruh engkau tampil supaya mengimami orang banyak karena beliau sangat sibuk sekali dengan keadaan yang menimpa diri beliau.”

Waktu Aisyah mendengar Rasulullah menyuruh ayahnya menjadi imam, ia mengemukakan keberatannya yang sangat kepada Rasulullah, karena katanya, ayahnya adalah orang lemah “Ayahku Abu bakar adalah orang yang lemah, dan bila ia menggantikan kedudukan engkau, niscaya ia tidak mampu kelak”, uajr Aisyah. KArena menurut pandangan Aisyah, bahwa konsekuensi jadi Imam itu adalah berat, karena bukan saja seorang itu mampu jadi imam masjid, tetapi juga harus mampu menjadi imam dalam masyarakat sebagai insan teladan. Dan menurut Aisyah, ayahnya adalah orang lemah yang tidak akan mampu mengemban dan mendukung tugas amanah yang berat itu. BErkali-kali Aisyah mengemukakan keberatannya, sehingga Nabi marah, dan alasan siti Aisyah itu tidak dihiraukan beliau, karena ia lebih tahu menilai kecakapan para sahabatnya dari pada isterinya Aisyah itu. Beliau tetap memerintahkan dan berkata lagi: “Suruhlah Abu bakar memimpin sholat bersama orang banyak!”. Demikian akhirnya Abu bakar sidik sempat mengimami shalat jamaah bersama kaum muslimin selama 17 kali waktu menjelang akhir hayat Rasulullah.

Tatkala Abu bakar melihat ke mihrab Rasulullah, memang ia melihat mihrab dalam keadaan kosong daro RAsulullah, ia tidak dapat menguasai dirinya sehingga terpekik dan kemudia ia keluar kembali dalam suasana yang penuh duka cita. Maka menjadi gemparlah kaum muslimin dan kegemparan itu terdengar oleh Rasulullah. Kepada Fatimah beliau bertanya : “Ada apa ini pekik dan kegemparan?”. “Kaum muslimin menjadi gempar karena mereka tidak melihat ayah berada di kalangan mereka”, jawab Fatimah.

Rasulullah kemudian memanggil ALi bin Abi Tholib dan Fadhal bin Abbas untuk membimbing beliau pergi ke masjid. dan beliau pun sempat berjamaan bersama mereka pada hari senin itu. Rasulullah memang memaksakan dirinya pergi ke masjid pada pagi Subuh terakhir itu untuk memberikan ketentraman ke dalam hati umatnya yang sedang resah dan kuatir. Anas bin Malik ( Seorang sahabat pembantu rumah tangga Rasulullah yang setia selama sepuluh tahun sampai Rasulullah wafat) mengatakan :  ” Saya tidak pernah melihat Nabi secerah berseri seperti halnya dengan keadaan beliau di kala subuh terakhir itu”. Ya, sambil tersenyum simpul beliau melambaikan tangannya kepada para jamaah yang ramai berdesak-desak itu, demi untuk menghibur dan membujuk jiwa mereka yang sedang dirundung gelisah dan cemas selama ini.

Kemudian setelah selesai menunaikan shalat berjamaah, maka beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak sambil berkata :

” Wahai kaum muslimin! Kamu semua berada di bawah perlindungan Allah dan penjagaanNya. Janganlah lupa bertaqwa kepada Allah dan menaatiNya, karena aku tak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Inilah awal hari akhirat bagiku dan akhir hari duniaku! “.

Kemudian beliau berdiri dan pergi masuk ke dalam rumah beliau.

Setelah itu Allah SWT, memberi perintah kepada Malaikat Maut : ” bahwa turunlah engkau kepada kekasihku dengan rupa yang sebagus-bagusnya dan bersikap lemah lembutlah kepadanya dalam menggenggam rohnya. Apabila ia telah memberi ijin kepada engkau, maka berulah engkau boleh masuk ke dalam rumahnya. Tetapi apabila ia tidak memberi ijin maka janganlah engkau masuk dan kembali sajalah !.

Maka turunlah Malaikat Maut (Izrail) ke dunia dengan roman rupa seorang Arab. lalu mengucapkan Salam : ” Asslamaualakum, wahai para keluarga rumah- tangga Nabi dan sumber Kerasulan ! Apakah saya diijinkan masuk ?”

Fatimah menjawab dengan katanya : ” Hai hamba Allah, sesungguhnya Rasul Allah sedang sibuk dengan dirinya !”. Kemudian Malaikat maut itu berseru untuk kedua kalinya : ” Assalamualaikum ya Rasul Allah dan wahai keluarga rumah tangga Kenabian, apakah saya diperbolehkan masuk? ” Nabi saw mendengar suara itu, maka ia bertanya: ” Hai fatimah, siapakah itu gerangan yang berada di pintu?”. “Seorang lelaki Arab memanggil ayahm telah aku katakan kepadanya, bahwa Rasulullah repot dengan dirinya sendiri. Kemudian orang itu memanggil sekali lagi dan telah saya beri jawaban yang sama, tetapi ia memandang kepadaku, maka tegak meremanglah bulu roma kulitku, takutlah hatku, gemetar segala tulang persendianku dan berubahlah warnaku (pucat)”, jawab fatimah.

Maka berkatalah Nabi SAW : ” Tahukah engkau siapakah sebenarnya orang itu ya Fatimah?”.

” Tidak tahu ayah” sahut fatimah.

Berkatalah Rasulullah SAW : ” Itulah dia pemusnah segala kelezatan hidup, pemutus segala kesenangan, pencerai beraikan persatuan, perubuh rumah tangga dan penambah ramai penghuni kubur.”

Mendengar itu, menangislah fatimah dengan tangisnya yang keras menjadi- jadi, melolong- lolong dan ia berkata :” Wahai! akan meninggal kiranya penutup para Nabi; wahai bencana ! akan berpulang kiranya orang taqwa terbaik, dan akan lenyaplah pemimpin dari segala tokoh orang suci. Ah Celaka ! pasti terputuslah wahyu dari langit. Akan terhalanglah aku dari mendengar kata- kata ayah mulai hari ini, dan aku tidak pernah lagi mendengarkan salam ayah sejak hari ini”.

Nabi menjawab : ” Ya fatimah! Engkaulah keluargaku yang pertama kali menyusul aku” Dan kemudian berkata kepada Malaikat maut yang sedang menunggu di luar. ” Silahkan engkau masuk hai Malaikat maut!”. Maka ia pun masuklah sambil mengucapkan salam: ” Salam sejahtera atasmu ya Rasul Allah!” yang lalu dijawab Nabi SAW. ” Dan juga salam sejahtera bagimu ya Malaikat Maut! Apakah kedatangan engkau ini berupa kunjungan ziarah ataukah bertugas untuk mencabut nyawa?”.

– ” Aku datang untuk kedua- duanya, ziarah dan juga bertugas untuk mencabut nyawa, itu pun jika beroleh ijin darimu; dan jika tidak saya akan kembali”, sahut Izrail.

– ” Nabi bertanya pula: “Ya Malaikat Maut, dimana tadi engkau tinggalkan Jibril?”.

– ” Saya tinggalkan dia di langit dunia dan para malaikat senantiasa memuliakannya”, jawab malaikat maut. Dan tak berapa lama kemudian, maka datanglah malaikat Jibril as menyusul, dan terus duduk di dekat kepala Rasulullah.

– ” Apakah engkau tidak tahu, bahwa perintah telah dekat?” Tanya Rasulullah kepada Jibril.

– ” Benar, Ya Rasul Allah! ” sahut Jibril.

– ” Gembirakanlah saya! Apakah gerangan kehormatan yang kiranya akan saya perdapat di sisi Allah! tanya Rasulullah.

– ” Sesungguhnya pintu- pintu langit telah dibuka, dan para malaikat telah siap berbaris- baris menunggu kedatangan roh engkau di langit, pintu- pintu surga telah di buka serta para bidadari telah berhias berdandan untuk menyongsong kedatangan roh engkau” , kata Jibril.

– ” Alhamdulillah” jawab Nabi SAW yang kemudian berkata : ” Ya Jibril ! Gembirakanlah aku, betapa keadaan umatku nanti di hari kiamat?”.

– ” AKu beri engkau kabar gembira, bahwa Allah SWT telah berkata : “SEsungguhnya Aku (Allah) telah mengharamkan surga bagi semua Nabi-nabi sebelum engkau memasukinya terlebih dahulu, dan Allah SWT mengharamkan pula surga itu kepada sekalian umat manusia sebelum umat engkau terlebih dahulu memasukinya”. jawab Jibril.

– ” SEkarang barulah senang hatiku dan hilang rusuhku”, kata Nabi yang selanjutnya menghadapkan ucapannya terhadap malaikat maut: ” Ya Malaikat maut, sekarang mendekatlah padaku!”.

Maka mendekatlah Malaikat MAut mengadakan pemeriksaan untuk menggenggam rohnya SAW. Tatkala sampai roh itu di pusat, Nabi berkata kepada malaikat Jibril : “ALangkah beratnya penderitaan maut itu!” Jibril pun tak sampai hati melihat keadaan Nabi yang dalam keadaan yang demikian itu dan ia pun memalingkan wajahnya sejenak dari memandang kepada Rasulullah SAW.

– ” Apakah engkau benci melihat kepada wajahku, ya Jibril?”, tanya Rasulullah.

– ” Wahai kekasih Allah, siapakah gerangan yang tega sampai hatinya melihat wajahmu sedang engkau berada dalam situasi kritis sakarat- maut?” jawab jibril.

Berkata  Anas Bin Malik ra: ” Adalah roh Nabi SAW sampai di dadanya dan beliau waktu itu masih dapat berkata: ” Aku berpesan kepada kamu semua tentang Sholat dan tentang Hamba Sahaya yang berada di bawah tanggung jawab kamu”. Dan pada penghujung nafasnya yang terakhir beliau menggerakkan bibirnya dua kali dan aku pun mendekatkan telingaku baik-baik, maka aku masih sempat mendengar beliau berkata dengan pelan-pelan: “Ummati!! Ummati!!” (umatku, umatku!). Maka dijemputlah Roh suci Rasulullah SAW dalam keadaan wajah berseri- seri dan bibir manis yang bagaikan hendak tersenyum, di pangkuan isteri tercinta, Aisyah r.a. pada hari Senin 12 bulan Rabiul Awal, yakni di kala matahari telah tergelincir di tengah hari pada tahun ke- 11 Hijriah, bersesuaian dengan tanggal 3 Juni tahun 632 M. Dan adalah umur nabi waktu itu genap 63 tahun menurut riwayat yang termasyur dan yang paling sah.

Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un.

Ila hadrotinnabiyyil mustofa rasulillah muhammadin SAW wa ‘alaa aalihi waashhabihi Wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa ahlul baiti ajmain syaiullillahi kirom alfaatihah…