Archive for December 2011

Cap Kesultanan Palembang Darussalam   Leave a comment

STEMPEL/ CAP KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM

by: Kiagus Rahmad Salim

Jayalah Palembang Darussalam

Negeri Aman, Damai, dan Tentram

(Baldatun Toyyibatun Warobbunghofur)

Asal usul keturunan RAJA PELEMBANG dan SULTAN PELEMBANG DARUSSALAM   8 comments

Asal Usul dari keturunan Raja-Raja dan Sultan-Sultan Pelembang itu ada 3 (tiga) Jalur, yaitu sebegai berikut ini :

6.1. JALUR RADEN FATTAH (SULTAN DEMAK)

Raja pelembang baru yang pertama adalah Ki Hang Suro Tuo Sangaji Lor yang memerintah dari tahun 1550 s/d 1555 masehi. Beliau adalah cucu dari Raden Fattah Sultan Demak atau anak dari Raden sedakali Pangeran Seberang Lor seda Ing Lautan Pati Unus sultan Demak II.
Jika pada masa pemerintahan Prabu Ariodillah (Ariodamar) Kerajaan Pelembang dinamakannya PELIMBANGAN yang lokasinya adalah kampung tatang 36 ilir Pelembang sekarang ini. Maka pada masa Ki Hang Suro Tuo, nama PELIMBANGAN digantinya menjadi PELIMBANG BARU Yang berlokasi di batu Hampar seberang ilir pelembang lama sekarang ini.
Ki Hang Suro Tuo Sangaji Lor wafat pada tahun 1555 masehi,

6.2. JALUR KETURUNAN SUNAN AMPELDENTA

Raja Pelimbanga ke II
KI GEDE ING SURO MUDO SANGAJI WETAN

Disebabkan KI HANG SURO TUO (atau KI GEDE ING SURO TUO) tidak mempunyai anak, maka Raja Pelimbang ke II ialah kemenakannya sendiri yang bernama Ki Gede ing Suro Mudo anak dari Sunan Ampel Denta Surabaya dan ibunya Nyai Gede ing ilir adik dari Ki Gede Ing suro Tuo. Ki Gede Ing Suro Mudo meninggal dunia pada tahun 1589 setelah memerintah selama 34 tahun (1555 – 1589) dan dimakamkan dipemakaman Batu Hampar dekat makam Ki Gede ing Suro Tuo.

Raja Pelimbang ke III
KI MAS ADIPATI ANGSOKO
Bin KI GEDE ING SURO MUDO
Raja Pelimbang Baru berikutnya yang ke III adalah anak Ki Gede ing Suro Mudo, yaitu Ki Mas Adipati Angsoko bin Ki Gede ing Suro Mudo yang memerintah selama 5 tahun saja (1589-1594) Lokasi Istana kerajaannya tidak lagi di Batu Hampar tetapi dipindahkan ke TALANG JAWA LAMA.

(Raja Pelimbang ke IV)
PANGERAN MADI ANGSOKO
Bin KI GEDE ING SURO MUDO
Oleh karena ketika Ki Mas Adipati Angsoko meninggal dunia, anaknya yang bernama Pangeran Seda ing Kenayan masih kecil, maka Tahta Raja Pelimbang ke IV jatuh kepada saudaranya sendiri bernama PANGERAN MADI ANGSOKO yang memerintah selama 30 tahun (1594 – 1624) dan ketika meninggal tidak meninggalkan anak, maka tahta diserahkan kepada adiknya bernama PANGERAN MEDI ALIT ANGSOKO.

Raja Pelimbang ke V
PANGERAN MEDI ALIT ANGSOKO
Bin KI GEDE ING SURO MUDO
Raja Pelimbang baru yang ke V ini hanya memerintah selama satu tahun saja (1624-1625) dan tidak juga mempunyai anak, dan Beliau digantikan oleh adiknya yang.bernama PANGERAN SEDA ING PURO ANGSOKO

Raja Pelimbang ke VI
PANGERAN SEDA ING PURO ANGSOKO
Bin KI GEDE ING SURO MUDO
Pengeran Seda Ing Puro Angsoko memerintah selaku Raja Pelimbang selama 7 tahun (1625 – 1632) dan Beliaupun tidak ada meninggalkan anak, Kedudukannya digantikan oleh anak Kakaknya (KI MAS ADIPATI ANGSOKO) yang bernama PANGERAN SEDA ING KENAYAN.

Raja Pelimbang ke VII
PANGERAN SEDA ING KENAYAN SABO ING KINGKING
Bin KI MAS ADIPATI ANGSOKO

Pangeran seda Ing Kenayan adalah Anak Ki Mas Adipati Angsoko (Raja ke III) Pangeran Seda Ing Kenayan tidak lagi meneruskan dinasti Angsoko tetapi telah membuat dinasti baru yaitu dinasti Sabo Ing King King, Beliau memerintah selama 12 tahun (1632 – 1644) lokasi istananya dipindah pula ke daerah Sabo KingKing Kelurahn 1 ilir Palembang lama sekarang Pangeran Seda ing Kenayan Sabo ing KingKing beristrikan saudara misan / sepupuhnya sendiri yaitu Ratu Sinuhun Simbur Cahaya, Merekapun tidak memiliki anak. Dengan demikian habislah Keturunan ki Gede ing Suro Mudo atau keturunan Sunan Ampel Denta Surabaya

6.3. JALUR KETURUNAN SUNAN GIRI GERSIK

Raja Pelimbang ke VIII
PANGERAN MOH ALI SEDA ING PASAREAN SABO ING KINGKING

Oleh karena Suami Istri Pangeran Seda Ing Kenayan dan ratu sinuhun simburcahaya tidak menurunkan anak maka Tahta kerajaan dilimpahkan kepada saudara tua (kakak) Ratu Sinuhun bernama Pangeran Moh.Ali Seda ing Pasarean gelar Sultan Jamaluddin Mangkurat V turunan ke 4 dari Raden Paku Moh.Ainulyakin Prabusatmoto joko samudro Sunan Giri gresik Wali songo bin Maulana Ishak Mahdum Syech Awalul Islam Samudra Pasai Aceh.
Pangeran Moh.Ali Seda Ing Pasarean atau Sultan Jamaluddin Mangkurat V ini hanya memerintah selama satu tahun (1644-1645) karena mati terbunuh (diracun) oleh pegawai Keraton Sabo kingking sendiri.

Raja Pelimbang ke IX
PANGERAN SEDA ING RAZAK (SULTAN ABDURROHIM JAMALUDDIN MANGKURAT VI)

Bin Mohammad ali Seda Ing Pasarean

Turunan ke – 5 dari Sunan Giri Gresik walisongo, Pangeran Seda ing Razak ini adalah Dinasti Sabo KingKing terakhir, Istana Sabo KingKing dibumi hangus oleh Angkatan Laut Belanda, maka Sultan Abdurrohim Jamaluddin Mangkurat VI ini beserta keluarganya berhijrah ke Indralaya OKI. Dan Beliau menjadi Sultan di Indralaya. Adapun sebab perang dengan Belanda karena Seda ing Razak tidak mau mengakui VOC dan tidak mau menandatangani kontrak, akhirnya Loji VOC di batu hamper dibakar oleh rakyat atas perintah Sultan. Beliau dimakamkan di desa SAKA TIGA Beliau memerintah selaku Raja Pelimbang ke IX selama 14 tahun (1645-1659) dan memerintah selaku Sultan di Indralaya selama 32 tahun (1659 – 1691).

Raja Pelimbang ke X
KI MAS HINDI (SULTAN ABDURRAHMAN JAMALUDDIN MANGKURAT VII)
Bin Mohammad Ali Seda Ing Pasarean
( Sultan Pelimbang Darussalam ke I )

Beliau adalah adik dari Seda ing Razak atau Sultan Abdurrohim yang hijrah ke Indralaya, Beliau dinobatkan menjadi Raja Pelimbang menggantikan kakaknya dimasa Gubernur Jendral Mr.Johan maaetsuiycker pada bulan juli 1659. Pada tahun 1675 Beliau mendirikan KeSultanan Pelimbang Darussalam, dan oleh karena kakaknya selaku Sultan di indralaya maka beliau memproklamirkan dirinya selaku SUSUHUNAN Pelimbang Darussalam. Lokasi istananya adalah pada lokasi sekolah HIS Kebon Duku 24 ilir Palembang di zaman Hindia Belanda. Atau lokasi SMP Negeri Kobon Duku Palembang. Beliau dimakamkan di pemakaman Cinde Walang di belakang pasar Cinde. Sultan Abdurrahman memerintah selaku Raja Pelimbang ke X selama 16 tahun, (1659 – 1675) dan memerintah Selaku Sultan Pelimbang Darussalam selama 23 tahun (1675 – 1698)

Sultan Pelimbang Darussalam ke II
SULTAN MOHAMMAD MANSYUR
Bin Sultan Abdurrahman Cinde Walang

Sultan Mohammad masyur atau Raden Ario ini adalah anak kedua dari susuhunan Abdurrahman Cinde walang, beliau memerintah selaku Sultan selama 12 Tahun (1698 – 1710) Lokasi istananya dikelurahan KEBON GEDE 32 ilir Palembang dan dimakamkan dilokasi ini juga. Beliau memerintah di Zaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda Willem Van Outhoorn, Johan van Hoorn, dan mininggal dunia di masa Abraham van Riebeek, Sultan Muhammad Mansyur ini selanjutnya digantikan oleh anaknya yang
bernama Ratu Purboyo, tetapi yang hanya satu hari menjadi Sultan karena wafat diracun.

Sultan Pelimbang Darussalam ke III
SULTAN AGUNG KOMARUDDIN SRI TERUNO

Bin Sultan Abdurrahman Cinde Walang

Raden Uju adalah adik kandung dari Sultan Mohammad Mansur, memerintah selaku Sultan Pelembang Darussalam selama 12 Tahun (1710 – 1722) dengan Gelarnya SULTAN AGUNG KOMARUDDIN SRI TERUNO, Lokasi Istananya di kelurahan 1 ilir Palembang dan bermakam ditempat ini juga. Beliau memerintah pada zaman Gubernur Jenderal Abraham van Riebeek, Christoffel van swoll dan hendrik van zwaardekroon.

SULTAN DEPATI ANOM
Bin Sultan Mohammad Masyor
Sultan Depati Anom adalah Kemenakan dari Sultan Agung Komaruddin, atau anak dari Sultan Mohammad Mansyur Kebon Gede. Sultan Depati Anom ini adalah “Sultan intermezzo” karena memaksakan diri menjadi Sultan. Sehingga Sultan Agung Komaaruddin terpaksa mengangkatnya menjadi Sultan, dan Sultan Agung Komaruddin menjadi Sultan AGUNG.
Sultan Depati Anom pada mulanya telah meracuni kakaknya sendiri yaitu Pangeran Purbaya karena ingin menjadi Putra Mahkota, sedangkan adiknya sendiri Pangeran Jaya warakrama (Kemudian hari menjadai Sultan Mahmud Badaruddi I) dimusuhinya pula, hingga Pangeran Jaya Wirakrama hijrah ke Johor Malaya. Sultan Depati Anom bermakam di desa belida kecamatan Gelumbang, ia sempat menjadai Sultan selam 9 tahun (1713 – 1722).

Sultan Pelimbang Darussalam ke IV
SULTAN MAHMUD BADARUDDIN LEMABANG

Sultan Mahmud Badaruddin I adalah Pangeran Ratu Jaya Wikrama, anak ke 3 dari Sultan Mohammad Mansyur. Beliau memindahkan lokasi Istananya ke 3 ilir Palembang, dan bermakam di lokasi ini pula, Makamnya disebut Masyarakat sebagai Makam KAWAH TEKUREP.
Beliau membangun Pasar koto 10 ilir, Membangun masjid Agung, membangun kraton kuto Lamo, dan membangun kraton Koto Besak, yang ketika hayatnya baru mencapai 60%.Sultan Mahmud Badaruddin I memerintah selama 34 tahun (1722 – 1756). Dimasa gubernur jenderal Hendrik Van Zwaardek roon, Mettheus de haan, Diederik Van Durven, van Cloon, Abraham Patras, Adriaan P. De Valckenier, Johannes Theedens, Gustaaf willem Baron Van Imhoff dan Jacob Moseel

Sultan Pelimbang Darussalam ke V
SULTAN AHMAD NAJAMUDDIN LEMABANG
Bin Sultan Mahmud Badaruddin

Dizaman Sultan Ahmad Najamuddin ini tidak banyak perubahan kecuali merehabilitir masjid Agung, Beliau memerintah selaku Sultan Pelembang Darussalam selama 24 tahun (1756 – 1780) dimasa Gubernur jenderal Jacob mossel, Petrus Albertus Van der Parra, jeremias Van Riemsdijk dan Reinier de Klerk, Sultan Ahmad Najamuddin dimakamkan dikomplek pemakaman Lemabang.

Sultan Pelimbang Darussalam ke VI
SULTAN MUHAMMAD BAHAUDDIN LEMABANG

Bin Sultan Ahmad Najamuddin

Memerintah selaku Sultan selama 27 tahun (1780 – 1807) dimasa gubernur jenderal rainier de klerk, mr.Willem Arnold alting, mr.Peter Gerardus van Overstraten, Johannes Sieberg,dan Albertus henricus wise. Beliau bermakam di Lemabang.

Sultan Pelimbang Darussalam ke VII
SULTAN MAHMUD BADARAUDDIN (II) LEMABANG
Bin Sultan Muhammad Bahauddin
Sultan Mahmud Badaruddin II atau RADEN HASAN memerintah selama 14 tahun (1807 – 1821) Semasa Gubernur Jenderal Albertus HW, Herman Willem Daendels, Jan Willem Jansens, Lord E.O, Sir Thomas Stamford Raffles, John fendall dan Mr. G.A.G Ph Van der Capellen. Beliau amat anti kepada Inggris dan Belanda, hingga beberapa tahun berperang barulah beliau dapat ditangkap dan ditawan oleh Belanda hingga diasingkan ke Ternate dan wafat disana. Beliaulah Sultan Palembang Darussalam yang sudah diakui sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan SK Presiden RI No.063/TK/tahun 1984 tertanggal 29 oktober 1984.
L Sultan Pelimbang Darussalam ke VIII ukisan
SULTAN HUSIN DIA’UDDIN SOAKBATO
(Sultan Ahmad Najamuddin II)

Sultan Husin dia’uddin adalah Pangeran Dipati atau adik kandung dari Sultan Mahmud Badarauddin II, Dengan diasingkannya Sultan Mahmud Badaruddin II ke ternate maka habislah dinasti Lemabang. dan berdirilah Dinasti baru yaitu DINASTI SOAK BATO. Sultan Husin Dia’uddin adalah Sultan yang diangkat oleh Pemerintahan Inggris, berhubung KRATON KUTO BESAK dikuasai Inggris maka Sultan Husin Dia’uddin membangun Kraton di Soakbato sekarang masuk kampong 26 ilir Palembang, Sementara itu Kraton Kadipaten masih tetap berdiri di Kadipatenan yang lokasinya ditempati oleh rumah Ong Boen Tjit di SEKANAK / SUNGI TAWAR. Setelah Belanda berkuasa kembali di Pelembang, Belanda menurunkan Sultan Husin Diauddin dan menobatkan kembali Sultan Mahmud Badaruddin II. Sultan Husin Diauddin Wafat di kampong KRUKUT Jakarta setelah sebelumnya ditawan dan diasingkan oleh Belanda ke Cianjur dan dibawa kembali kebatavia. Beliau memerintah selam 9 tahun (1812 – 1821).

SULTAN AHMAD NAJAMUDDIN (II) PANGERAN RATU
Bin Sultan Mahmud Badaruddin II

Beliau adalah anak Sultan Mahmud Badaruddin II, Beliau memangku jabatan selaku Sultan “Intermezo” selama 5 tahun (1816 – 1821) Beliau adalah Panglima Perang saat bersama ayahnya melawan Belanda, Tapi akhirnya Pangeran Ratu ditanggap dan dibuang ke Cianjur, lalu dibuang ke pulau Banda hingga akhir hayatnya dan bermakam disana

SULTAN AHMAD NAJAMUDDIN (III) PRABU ANOM
( Sultan ke Pelimbang Darussalam ke IX )

Raden Ahmad adalah anak Sultan Husin Dia’uddin, memerintah selaku Sultan Palembang Darussalam yang ke IX atau yang terakhir. (1821 – 1825). Dengan gelarnya SULTAN AHMAD NAJAMUDDIN (III) PRABU ANOM. Pada tahun 1823 Sultan beserta rakyatnya melakukan pemberontakan terhadap Belanda, tetapi akhirnya dapat dihancurkan oleh Belanda dengan bantuan “Penghianat-Penghianat” hingga Sultan terpaksa Hijrah ke Muara Enim, tetapi akhirnya setelah dibujuk dan dilakukan penipuan-penipuan dengan perantaraan para penghianat, dapatlah ditawan dan diasingkan ke kampung Krukut Jakarta menyusul Sultan Tua yang sudah lebih dahulu ditawan disana hingga wafatnya.Dengan itu semua, maka berakhirlah riwayat KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM karena sejak itu BELANDA telah memerintah penuh : selaku penjajah ! Dan banyak Sultan-Sultan Palembang Darussalam yang ditawan dan dibuang dari Palembang oleh BELANDA

JALUR NASAB SILSILAH BANGSAWAN PALEMBANG DARUSSALAM   6 comments

Silsilah wali songo versi Azmatkhan Al-Husaini ditemukan pertama oleh kalangan ahli nasab Hadhrami yakni sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam Kalangan Bangsawan Palembang, data mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW via walisongo sebagian masih terjaga pencatatannya sampai sekarang. Bahkan data dari Palembang-lah yang pertama kali dipercayai para ahli nasab karena data di Tanah Jawa kala itu sempat mengalami kesimpangsiuran karena ada versi belum lengkap yang juga beredar.

Bangsawan Palembang menjaga persambungan nasab mereka melalui penggelaran yang hanya bisa diwariskan secara lurus dari garis pria (patrineal).
Gelar Kebangsawanan Palembang yang ada dan jalur2 nasabnya yakni :

Gelar Raden-Raden Ayu dan Masagus-Masayu :
1. Dari jalur keturunan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidil Iman bin Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Sedo Ing Pasarean) turunan Sunan Giri Azmatkhan Al-Husaini*1
2. Dari jalur Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal bin Raden Santri (Pangeran Purbanegara) yang berasal dari Kesultanan Jambi

Gelar Kemas-Nyimas:
1. Dari jalur keturunan Ki Gede Ing Suro Mudo (Kemas Anom Dipati Jamaluddin) bin Ki Gede Ing Ilir bin Pangeran Sedo Ing Lautan (turunan R. Patah Demak, masyhur dikenal sebagai Azmatkhan Kh dengan tautan ke Sunan Gunung Jati & Sunan Ampel)*2
2. Dari jalur keturunan Kemas Tumenggung Yudapati bin Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Sedo Ing Pasarean) turunan Sunan Giri Azmatkhan Al-Husaini*1
3. Dari jalur keturunan Tumenggung Nagawangsa Ki Mas Abdul Aziz bin Pangeran Fatahillah Azmatkhan Al-Husaini
4. Dari jalur keturunan Mas Syahid (Amir Hamzah) bin Sunan Kudus (Ja’far As Shadiq) Azmatkhan Al-Husaini
5. Dari jalur keturunan Mas H. Talang Pati dan Mas H. Abdullah Kewiran bin Pangeran Santri (Sunan Ngadilangu) bin Raden Umar Said (Sunan Muria) bin Raden Joko Said @ Abdussyahid (Sunan Kalijaga)

Gelar Kiagus-Nyayu :
1. Dari jalur keturunan Kemas Tumenggung Yudapati bin Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Sedo Ing Pasarean) turunan Sunan Giri Azmatkhan Al-Husaini*1
2. Dari jalur keturunan Ki Bagus Abdurrohman bin Pangeran Fatahillah Azmatkhan Al-Husaini
3. Dari jalur keturunan Kiagus Yahya bin Pangeran Purbaya bin Raden Sutawijaya Panembahan Senopati Ing Alaga
4. Dari jalur keturunan Tuan Faqih Jalaluddin Azmatkhan Al-Husaini*3

Rincian Nasab *1:
Pangeran Ratu Jamaluddin Mangkurat V (Muhammad Ali Sedo Ing Pasarean) bin
Tumenggung Manco Negaro (Maulana Fadlullah) bin
Pangeran Adipati Sumedang (Maulana Abdullah) bin
Pangeran Wiro Kesumo Cirebon (Ali Kusumowiro/Muhammad Ali Nurdin/Sunan Sedo Ing Margi) bin
Sunan Dalem Wetan (Zainal Abidin) bin
Sunan Giri / Muhammad ‘Ainul Yaqin

Rincian Nasab*2 :
Ki Gede Ing Suro Mudo (Kemas Anom Dipati Jamaluddin) bin
Ki Gede Ing Ilir bin
Pangeran Sedo Ing Lautan bin
Pangeran Surabaya bin
Pangeran Kediri bin
Panembahan Perwata (beribukan Ratu Pembayun binti Sunan Kalijaga + Dewi Sarokah binti Sunan Gunung Jati) bin
Sultan Trenggana (bribukan Dewi Murtasimah binti Sunan Ampel) bin
Raden Patah

Rincian Nasab*3 :
Tuan Syekh Faqih Jalaluddin bin
Mas Raden Kamaluddin Jamaluddin bin
Mas Raden Fadhil bin
Pangeran Panembahan Muhammad Mansyur bin
Kyai Gusti Dewa Agung Krama bin
Sunan Kerta Sari bin
Sunan Lembayun bin
Sunan Krama Dewa bin
Sembahan Dewa Agung Fadhil bin
Sayyid Sembahan Dewa Agung bin
Sayyid Husain Jamaluddin Akbar Azmatkhan Al-Husaini

Jadi persambungan silsilah para bangsawan Palembang ke Keluarga Azmatkhan melalui :

1. Raden Patah, (Terdapat versi yang menyebutkan beliau bersambung ke Majapahit mlalui garis ibu sedangkan dari garis ayah bliau adalah sayyid Fattah Azmatkhan bin Raja Champa Abdullah bin Ali Nurul Alam bin Husein Jamaludin Akbar bin Ahmad Jalaluddin Azmatkhan Al-Husaini versi nasab menurut ulama ahli nasab Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar dan Al-Habib Bahruddin Azmatkhan Ba’alawi )

2. Fatahillah (bin Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barakat Zainal Alam bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

3. Sunan Giri (bin Maulana Ishaq bin Ibrahim Zainuddin Akbar bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

4. Sunan Kudus (bin Usman Haji bin Raden Santri Fadhal Ali Al-Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Akbar bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin)

5. Sunan Gunung Jati (bin Abdullah bin Ali Nurul Alam bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

6. Sunan Ampel (bin Ibrahim Zainuddin Akbar bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin),

7. Sunan Krama Dewa (bin Sembahan Dewa Agung Fadhil bin Sayyid Sembahan Dewa Agung bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin)

8. Sunan Ngadilangu bin Sunan Muria bin Sunan Kalijaga bin Tumenggung Wilatikta @ Ahmad bin Mansur bin Ali Nurrudin bin Ahmad Jalaluddin Azmatkhan Al-Husaini (salah satu versi nasab menurut Kitab Syamsud Dhahirah, Karya Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur, kitab nasab rujukan Rabitah Alawiyyah)

Nasab lengkap Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin Azmatkhan – Rasul :

• Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin
• Sayyid Abdullah AZMATKHAN AL-HUSAINI bin
• Sayyid Abdul Malik AZMATKHAN AL-HUSAINI bin
• Sayyid Alawi ‘Ammil Faqih bin
• Muhammad Shahib Mirbath bin
• Ali Khali Qasam bin
• Alwi bin
• Muhammad bin
• Alwi bin
• Ubaidillah bin
• Ahmad al-Muhajir bin
• Isa bin
• Muhammad bin
• Ali Al-Uraidh bin
• Ja’far Shadiq bin
• Muhammad Al-Baqir bin
• Ali Zainal Abidin bin
• Imam Husein (bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutholib)
• Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti
Nabi Muhammad SAW

oleh AZMAT KHAN AL-HUSAINI (Pattani, Royal Kelantan, Walisongo Family & Relatives etc.) pada 25 Juli 2010 jam 17:52

Oleh : R. Nursatya Al-Husaini Khan bersumber dari informasi Megatian Ananda Kemas Azmatkhan Al-Husaini & Kiagus Junaidi Achmad Azmatkhan Al-Husaini

Halo bulan di langit malam ini   1 comment

Biasanya kita sering melihat langit penuh dengan bebintang gemerlap dihiasi rembulan. namun ne malem agak beda ya pikirku… kulihat sekeliling ternyata gak ada bintang kayak biasanya,, eih kuperhatikan lagi ternyata cuma ada bulan doang plus cincin disekelilingnya.

Seolah- olah bulan ama bintang ntu sedang bercengkrama satu sama lain mengenai konsensus alam….(versi gue)..
Penasaran banget gue ne malam. gue coba foto tapi gak bisa, maklum meski kamera hape ne 5 MP tapi tetap juga gak nangkap,,, hahahah

tapi kurang lebih kayak gambar ene gan…..—————————————>
Dan ternyata secara ilmiah ntu bulan yg gue lihat tanggal 06 Desember 2011 tepatnya tanggal 11 Muharram 1433 H pukul 20.30 wib itu adalah Fenomena alam yang dinamai dengan HALO BULAN Biasanya kita cuma lihat Halo Matahari yaitu matahari bercincin.

Ea… sebuah fenomena yang jarang gue dan loe pada temuin mungkin.
Tapi tahu gak sih loe ternyata tuh fenomena dari sudut ilmiahnya adalah :

Fenomena halo (bahasa Greek: ἅλως) adalah lingkaran cahaya seakan-akan pelangi yang mengelilingi Matahari atau Bulan. Ia adalah sejenis fenomena optik. Ia adalah fenomena yang lebih kerap terjadi daripada kejadian pelangi. Di bahagian Eropah dan sebahagian daripada AS sering berlaku dan boleh dilihat dalam lingkungan dua kali seminggu. Pernah gempar di utara Semenanjung Malaysia apabila fenomena ini berlaku antara pukul 2.15 petang hingga 2.40 petang, 6 Ogos 2007 yang lalu.

Terdapat banyak jenis halo, tetapi kebanyakannya terjadi dari kristal ais dalam awan sirus sejuk yang terletak pada ketinggian 5–10 km di lapisan troposfera atas. Bentuk dan orientasi kristal-kristal ini menentukan bentuk halo yang terjadi.

Kekerapan kejadian melibatkan pusingan radius 22° halo dan sundogs(Parhelia). Dalam gambarajah menunjukan matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle pula adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembinaan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas semua kristal tersebut.

Radius 22° halo tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandungi ais kristal walaupun pada iklim yang sangat panas.

Halo sangat besar. Ia selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebahagian sahaja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan dihasilkan oleh corona dari lebih banyak titisan air daripada dibiaskan oleh ais kristal. Ia tidak mengaitkan bahawa hujan akan turun.

ea… Sedikit info yang gue dapet karena ne fenomena gue juga dapet ilmu….
Semoga berguna ea…..

Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW   Leave a comment

Sholallahu ‘alaa Muhammad, Sholallahu ‘alaihi wasallam…

Semoga beberapa kutipan berikut dapat menambah dan memecah hati kita agar dapat dipenuhi dengan rasa cinta kepada Rasulullah SAW, sehingga memperkuat persaudaraan kita sesama panji Agama Islam..

Kucoba ketik tulisan ini dengan setegar-tegarnya, namun ternyata bendungan air mata tak tahan terjatuh juga,, segenap bulu romaku merinding dan bertambahlah rasa cinta ini. Semoga Allah senantiasa menyampaikan salawat dan salam kepada Rasulullah SAW

—————————————————————————————————————————————–

Berkata Ibnu Mas’ud :

” Di kala telah dekat waktu wafatnya Rasulullah saw kami berkumpul bersama-sama di rumah ibu kita Aisyah ra. Nabi menoleh kepada kami dan kemudian kedua matanya mencucurkan air mata, dan kemudian beliau berkata antara lain:

” Selamat datang bagi kalian semua, semoga Tuhan melimpahkan rahmatNya kepada kamu! Aku berwasiat kepada kamu semua dengan taqwallah, taat kepadaNya. Telah dekat masa perpisahan dan telah hampir waktu pulang kepada Allah dan kepada surga Al-Makwa. Hendaklah Ali memandikan saya, Al-Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zaid yang menuangkan air, dan kemudian kapanilah aku dengan kainku jika kamu menghendaki yang demikian atau dengan kain putih buatan Yaman!.”

“APabila kamu telah selesai memandikanku letakkanlah jenasahku di atas tempat tidurku di rumahku ini di atas pinggir lubang kuburku. Kemudian bawalah aku ke luar sesaat, maka awal pertama kali yang memberi sholawat kepadaku adalah Allah Azza wa jalla sendiri, kemudian Jibrail, kemudian Mikail, kemudian Israfil, kemudian malaikat maut (Izrail) bersama pasukannya dan kemudian segenap para malaikat. Sesudah itu barulah kamu masuk kepadaku rombongan demi rombongan dan sembahyangkanlah aku bersama-sama!”

“Setelah para sahabat mendengar kata-kata amanat perpisahan Rasulullah SAW, mereka menjerit dan menangis dan kemudian berkata : “Ya Rasul Allah! engkau adalah Rasul kami, penghimpun-pembina kekuatan kami dan penguasa urusan kami, apabila engkau pergi dari kalangan kami, kepada siapakah gerangan lagi kami pergi kembali?”

Maka menjawablah Nabi SAW antara lain demikian bunyinya:

“AKu tinggalkan kamu di atas jalan yang terang, dan aku tinggalkan untukmu dua juru nasihat; yang berbicara dan yang diam. Penasihat yang berbicara ialah Al quran dan yang diam ialah Maut. Apabila kamu menghadapi persoalan-persoalan yang musykil, maka kembalilah kepada Alquran dan Sunnah, dan apabila hatimu kesat – kusut, maka tuntunlah dia dengan mengambil iktibar tentang peristiwa-peristiwa maut!”.

Setelah itu Rasulullah jatuh sakitlah pada akhir bulan Safar dan senantiasa beliau dalam keadaan sakit selama 18 hari (ada yang mengatakan 13 hari dan ada pula yang mengatakan 17 hari) yang senantiasa dijenguk oleh para sahabat. Adalah beliau menderita sakit kepala sampai beliau pulang ke Rahmatullah. Beliau diangkat Tuhan menjadi Rasul pada hari Senin dan meninggal dunia pada hari Senin juga. PAda hari terakhir dari hayatnya beliau, Penyakit beliau bertambah berat.

Dalam keadaan beliau yang kritis itu beliau masih terkenang kepada kaum fakir miskin dan melarat, dan ia teringat bahwa masih ada uang simpanannya sebanyak 7 dinar dalam rumahnya. Disuruhnya ambilkan uangnya itu kepada isterinya tercinta, siti Aisyah ra sambil berkata: “Bagaimana gerangan persangkaan Muhammad terhadap Tuhannya, sekiranya ia menemui Tuhannya sedang di tangannya tergenggam benda ini?” Kemudian diserahkannyalah harta miliknya yang terakhir itu kepada fakir miskin selaku kebajikan.

 

Setelah Bilal menyerukan adzan di waktu subuh dengan semerdu-merdunya ia pun berdiri di muka pintu rumah Rasulullah, maka ia pun memberi salam. ” Assalamualaikum ya Rasul Allah!” menyahutlah Fatimah, puteri tersayang beliau yang senantiasa mendampingi ayahnya di kala sakit. “Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya sendiri”. KEmudian Bilal pergi ke masjid dan ia tidak mengerti kata-kata Fatimah itu. Tatkala shalat subuh akan dimulai, maka ia datang ke rumah untuk kedua kalinya dan ia berdiri di pintu sambil mengucapkan salam seperti semula. Kali ini suaranya di dengar Rasulullah dan lantas menyuruhnya masuk dengan katanya: “masuklah engkau Bilal sambil menangis! Saya sibuk merawat diri saya dan sakitku bertambah berat. Hai Bilal, suruhlah Abu Bakar Sidik memimpin Sholat bersama orang banyak!”.

 

Kemudian Bilal pun keluar rumah menuju ke masjid sambil menagis dan tangannya diletakkan di atas kepalanya dan sambil mengeluh ia berkata : ” Oh musibah, putuslah harapan dan patahlah semangat! Wahai kiranya, alangkah baiknya kalu aku tidak dilahirkan ibuku!” Kemudian ia masuk ke dalam masjid memanggil Abu bakar sidik. ” Hai Abu bakar! ” Ujarnya. Sesungguhnya Rasulullah menyuruh engkau tampil supaya mengimami orang banyak karena beliau sangat sibuk sekali dengan keadaan yang menimpa diri beliau.”

Waktu Aisyah mendengar Rasulullah menyuruh ayahnya menjadi imam, ia mengemukakan keberatannya yang sangat kepada Rasulullah, karena katanya, ayahnya adalah orang lemah “Ayahku Abu bakar adalah orang yang lemah, dan bila ia menggantikan kedudukan engkau, niscaya ia tidak mampu kelak”, uajr Aisyah. KArena menurut pandangan Aisyah, bahwa konsekuensi jadi Imam itu adalah berat, karena bukan saja seorang itu mampu jadi imam masjid, tetapi juga harus mampu menjadi imam dalam masyarakat sebagai insan teladan. Dan menurut Aisyah, ayahnya adalah orang lemah yang tidak akan mampu mengemban dan mendukung tugas amanah yang berat itu. BErkali-kali Aisyah mengemukakan keberatannya, sehingga Nabi marah, dan alasan siti Aisyah itu tidak dihiraukan beliau, karena ia lebih tahu menilai kecakapan para sahabatnya dari pada isterinya Aisyah itu. Beliau tetap memerintahkan dan berkata lagi: “Suruhlah Abu bakar memimpin sholat bersama orang banyak!”. Demikian akhirnya Abu bakar sidik sempat mengimami shalat jamaah bersama kaum muslimin selama 17 kali waktu menjelang akhir hayat Rasulullah.

Tatkala Abu bakar melihat ke mihrab Rasulullah, memang ia melihat mihrab dalam keadaan kosong daro RAsulullah, ia tidak dapat menguasai dirinya sehingga terpekik dan kemudia ia keluar kembali dalam suasana yang penuh duka cita. Maka menjadi gemparlah kaum muslimin dan kegemparan itu terdengar oleh Rasulullah. Kepada Fatimah beliau bertanya : “Ada apa ini pekik dan kegemparan?”. “Kaum muslimin menjadi gempar karena mereka tidak melihat ayah berada di kalangan mereka”, jawab Fatimah.

Rasulullah kemudian memanggil ALi bin Abi Tholib dan Fadhal bin Abbas untuk membimbing beliau pergi ke masjid. dan beliau pun sempat berjamaan bersama mereka pada hari senin itu. Rasulullah memang memaksakan dirinya pergi ke masjid pada pagi Subuh terakhir itu untuk memberikan ketentraman ke dalam hati umatnya yang sedang resah dan kuatir. Anas bin Malik ( Seorang sahabat pembantu rumah tangga Rasulullah yang setia selama sepuluh tahun sampai Rasulullah wafat) mengatakan :  ” Saya tidak pernah melihat Nabi secerah berseri seperti halnya dengan keadaan beliau di kala subuh terakhir itu”. Ya, sambil tersenyum simpul beliau melambaikan tangannya kepada para jamaah yang ramai berdesak-desak itu, demi untuk menghibur dan membujuk jiwa mereka yang sedang dirundung gelisah dan cemas selama ini.

Kemudian setelah selesai menunaikan shalat berjamaah, maka beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak sambil berkata :

” Wahai kaum muslimin! Kamu semua berada di bawah perlindungan Allah dan penjagaanNya. Janganlah lupa bertaqwa kepada Allah dan menaatiNya, karena aku tak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Inilah awal hari akhirat bagiku dan akhir hari duniaku! “.

Kemudian beliau berdiri dan pergi masuk ke dalam rumah beliau.

Setelah itu Allah SWT, memberi perintah kepada Malaikat Maut : ” bahwa turunlah engkau kepada kekasihku dengan rupa yang sebagus-bagusnya dan bersikap lemah lembutlah kepadanya dalam menggenggam rohnya. Apabila ia telah memberi ijin kepada engkau, maka berulah engkau boleh masuk ke dalam rumahnya. Tetapi apabila ia tidak memberi ijin maka janganlah engkau masuk dan kembali sajalah !.

Maka turunlah Malaikat Maut (Izrail) ke dunia dengan roman rupa seorang Arab. lalu mengucapkan Salam : ” Asslamaualakum, wahai para keluarga rumah- tangga Nabi dan sumber Kerasulan ! Apakah saya diijinkan masuk ?”

Fatimah menjawab dengan katanya : ” Hai hamba Allah, sesungguhnya Rasul Allah sedang sibuk dengan dirinya !”. Kemudian Malaikat maut itu berseru untuk kedua kalinya : ” Assalamualaikum ya Rasul Allah dan wahai keluarga rumah tangga Kenabian, apakah saya diperbolehkan masuk? ” Nabi saw mendengar suara itu, maka ia bertanya: ” Hai fatimah, siapakah itu gerangan yang berada di pintu?”. “Seorang lelaki Arab memanggil ayahm telah aku katakan kepadanya, bahwa Rasulullah repot dengan dirinya sendiri. Kemudian orang itu memanggil sekali lagi dan telah saya beri jawaban yang sama, tetapi ia memandang kepadaku, maka tegak meremanglah bulu roma kulitku, takutlah hatku, gemetar segala tulang persendianku dan berubahlah warnaku (pucat)”, jawab fatimah.

Maka berkatalah Nabi SAW : ” Tahukah engkau siapakah sebenarnya orang itu ya Fatimah?”.

” Tidak tahu ayah” sahut fatimah.

Berkatalah Rasulullah SAW : ” Itulah dia pemusnah segala kelezatan hidup, pemutus segala kesenangan, pencerai beraikan persatuan, perubuh rumah tangga dan penambah ramai penghuni kubur.”

Mendengar itu, menangislah fatimah dengan tangisnya yang keras menjadi- jadi, melolong- lolong dan ia berkata :” Wahai! akan meninggal kiranya penutup para Nabi; wahai bencana ! akan berpulang kiranya orang taqwa terbaik, dan akan lenyaplah pemimpin dari segala tokoh orang suci. Ah Celaka ! pasti terputuslah wahyu dari langit. Akan terhalanglah aku dari mendengar kata- kata ayah mulai hari ini, dan aku tidak pernah lagi mendengarkan salam ayah sejak hari ini”.

Nabi menjawab : ” Ya fatimah! Engkaulah keluargaku yang pertama kali menyusul aku” Dan kemudian berkata kepada Malaikat maut yang sedang menunggu di luar. ” Silahkan engkau masuk hai Malaikat maut!”. Maka ia pun masuklah sambil mengucapkan salam: ” Salam sejahtera atasmu ya Rasul Allah!” yang lalu dijawab Nabi SAW. ” Dan juga salam sejahtera bagimu ya Malaikat Maut! Apakah kedatangan engkau ini berupa kunjungan ziarah ataukah bertugas untuk mencabut nyawa?”.

– ” Aku datang untuk kedua- duanya, ziarah dan juga bertugas untuk mencabut nyawa, itu pun jika beroleh ijin darimu; dan jika tidak saya akan kembali”, sahut Izrail.

– ” Nabi bertanya pula: “Ya Malaikat Maut, dimana tadi engkau tinggalkan Jibril?”.

– ” Saya tinggalkan dia di langit dunia dan para malaikat senantiasa memuliakannya”, jawab malaikat maut. Dan tak berapa lama kemudian, maka datanglah malaikat Jibril as menyusul, dan terus duduk di dekat kepala Rasulullah.

– ” Apakah engkau tidak tahu, bahwa perintah telah dekat?” Tanya Rasulullah kepada Jibril.

– ” Benar, Ya Rasul Allah! ” sahut Jibril.

– ” Gembirakanlah saya! Apakah gerangan kehormatan yang kiranya akan saya perdapat di sisi Allah! tanya Rasulullah.

– ” Sesungguhnya pintu- pintu langit telah dibuka, dan para malaikat telah siap berbaris- baris menunggu kedatangan roh engkau di langit, pintu- pintu surga telah di buka serta para bidadari telah berhias berdandan untuk menyongsong kedatangan roh engkau” , kata Jibril.

– ” Alhamdulillah” jawab Nabi SAW yang kemudian berkata : ” Ya Jibril ! Gembirakanlah aku, betapa keadaan umatku nanti di hari kiamat?”.

– ” AKu beri engkau kabar gembira, bahwa Allah SWT telah berkata : “SEsungguhnya Aku (Allah) telah mengharamkan surga bagi semua Nabi-nabi sebelum engkau memasukinya terlebih dahulu, dan Allah SWT mengharamkan pula surga itu kepada sekalian umat manusia sebelum umat engkau terlebih dahulu memasukinya”. jawab Jibril.

– ” SEkarang barulah senang hatiku dan hilang rusuhku”, kata Nabi yang selanjutnya menghadapkan ucapannya terhadap malaikat maut: ” Ya Malaikat maut, sekarang mendekatlah padaku!”.

Maka mendekatlah Malaikat MAut mengadakan pemeriksaan untuk menggenggam rohnya SAW. Tatkala sampai roh itu di pusat, Nabi berkata kepada malaikat Jibril : “ALangkah beratnya penderitaan maut itu!” Jibril pun tak sampai hati melihat keadaan Nabi yang dalam keadaan yang demikian itu dan ia pun memalingkan wajahnya sejenak dari memandang kepada Rasulullah SAW.

– ” Apakah engkau benci melihat kepada wajahku, ya Jibril?”, tanya Rasulullah.

– ” Wahai kekasih Allah, siapakah gerangan yang tega sampai hatinya melihat wajahmu sedang engkau berada dalam situasi kritis sakarat- maut?” jawab jibril.

Berkata  Anas Bin Malik ra: ” Adalah roh Nabi SAW sampai di dadanya dan beliau waktu itu masih dapat berkata: ” Aku berpesan kepada kamu semua tentang Sholat dan tentang Hamba Sahaya yang berada di bawah tanggung jawab kamu”. Dan pada penghujung nafasnya yang terakhir beliau menggerakkan bibirnya dua kali dan aku pun mendekatkan telingaku baik-baik, maka aku masih sempat mendengar beliau berkata dengan pelan-pelan: “Ummati!! Ummati!!” (umatku, umatku!). Maka dijemputlah Roh suci Rasulullah SAW dalam keadaan wajah berseri- seri dan bibir manis yang bagaikan hendak tersenyum, di pangkuan isteri tercinta, Aisyah r.a. pada hari Senin 12 bulan Rabiul Awal, yakni di kala matahari telah tergelincir di tengah hari pada tahun ke- 11 Hijriah, bersesuaian dengan tanggal 3 Juni tahun 632 M. Dan adalah umur nabi waktu itu genap 63 tahun menurut riwayat yang termasyur dan yang paling sah.

Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un.

Ila hadrotinnabiyyil mustofa rasulillah muhammadin SAW wa ‘alaa aalihi waashhabihi Wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa ahlul baiti ajmain syaiullillahi kirom alfaatihah…

Turunnya Al maidah: 3 (Detik-detik terakhir Kehidupan SAW)   5 comments

 

Allahumma Sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aalii Muhammad semua selalu tercurah bagi Rasulullah saw..

Diriwayatkan, bahwa setelah turun wahyu Al quran Surat Almaidah ayat 3, menangislah Umar bin Khattab ra. Maka Nabi SAW berkata kepadanya : ” apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis hai Umar ? ” tanya RAsulullah. Umar menjawab : “kita semua sudah berada dalam Agama yang sempurna. Tetapi bila ia sudah sampai kepada titik puncak kesempurnaan, maka diatas itu tidak ada lagi yang lain, kecuali suatu kemunduran:. Nabi menukas: benar engkau!”.

Ayat almaidah 3 diturunkan di padang arafah pada hari jumat sesudah Ashar, yakni di saat nabi berkendaraan di atas untanya. sesudah itu apa-apa yang berkenaan dengan perintah- perintah yang fardhu tidak turun- turun lagi dari langit.

pada mulanya Nabi tidak mampu untuk mendugaduga kemungkinan- kemungkinan yang terselip dalam arti yang di atas sehingga beliau  hanya terengah dan bertelekan di atas untanya saja. Unta pun berhenti terhenyak dan malaikat jibril pun datanglah sambil berkata kepada nabi: “Ya Muhammad! HAri ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang diperintahkan Tuhanmu dan juga segala apa yang dilarangNya. Dari itu, kumpulkanlah semua sahabatmu, dan beritahukan kepada mereka, bahwa saya tidak akan turun- turun lagi membawa wahyu kepadamu sesudaj hari ini!”.

maka pulanglah Nabi dari Makkah jembali ke MAdinah. dan di sana dikumpulkanlah oleh beliau para sahabatnya dan dibacakanlah ayat ini kepada mereka serta diberitahukannya apa yang dikatakan Jibril padanya itu.

semua sahabat menjadi gembira mendengarnya kecuali Abu Bakar ra, dan para sahabat itu berkata : “Telah sempurnalah agama kita!” Tetapi Abu Bakar Asshidiq ra pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung dan sedih. dikuncinya pintu rumahnya dan ia pun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal itu didengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah Abu bakar assidiq ra.

– Sahabat bertanya: ” kenapa kerjamu menangis saja hai Abu bakar di saat orang lain semua bersuka ria, bukankah Tuhan telah menyempurnakan agama kita?”.

– Abu bakar sidiq ra menjawab: “Kamu semua tidak tahu bencana-bencana apakah kelak yang akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak mengerti bahwa tidak ada sesuatu apabila ia telah sampai kepada titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan kemerosotannya. Dalam ayat terbayang perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib HAsan Husein yang akan menjadi anak yatim, serta para isteri NAbi yang menjadi janda.”

MEndengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka menangislah semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu bakar sidik itu oleh para tetangga yang lain dan mereka ini datang langsung kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil menanyakan kepada beliau tentang hakikat kejadian yang sebenarnya.

” YA RAsul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami hanya mendengar pekik tangis mereka belaka”. Mendengar itu berubahlah wajah RAsulullah dan ia pun bertanya : ” Apakah yang kalian tangiskan?” menjawablah Ali: ” Abu bakar sidik berkata kepada kami: ” Sesungguhnya saya mendengar angin kematian RAsulullah berdesir melalui ayat ini,” dan bukankah daoat dijadikan bukti ayat ini bagi kematian engkau?”.

Nabi menjawab: “Benarlah Abu bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah dekat masa kepergianku dari atara kamu semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kamu semua.”

Penegasan nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu bakar seorang yang paling arif di antara para sahabat Nabi. Dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan NAbi itu ia pun berteriak dan lantas jatuh pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menajdi gelisah; mereka semua ketakutan dan menangis menjadi-jadi. Begitu juga para malaikat di langit, makhluk-makhluk yang melata di bumi. HEwan- hewan di daratan dan di lautan semuanya turut berkabung berduka cita. KEmudian Nabi bersalam berjabat tangan dengan satu demi satu para sahabat mengucapkan perpisahan dan beliau pun menangislah sambil memberikan amanah nasihat kepada mereka semua.

SEtelah turun ayat Alquran yang terakhir itu NAbi Muhammad SAW menjalani hidupnya 81 hari lagi. Ya, demikianlah setelah ayat itu turun beliau naik ke atas mimbar mengucapkan khutbah sambil menagis, dan hadirin mendengarkannya sambil bercucuran air mata pula. Suatu khutbah yang mendebarkan hati dan menegakkan bulu roma, tetapi di samping itu juga khutbah yang mengungkapkan harapan- harapan dan peringatan- peringatan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya setelah dekat waktu wafatnya Rasulullah, beliau memerintahkan bilal supaya adzan, memanggil manusia sholat berjamaah. Maka berkumpullah kaum muhajirin dan Anshor ke masjid Rasulullah SAW. Setelah selesai sholat dua rakaat yang ringan kemudian beliau naik ke atas mimbar lalu mengucapkan puji da nsanjung kepada Allah SWT. Dan kemudian beliau membawakan khutbahnya yang sangat berkesan, membuat hati dan mencucurkan air mata. Beliau berkata antara lain:

” Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan izinNya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan Bapa yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku diantara kamu semua, hendaklah ia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan KISAS  kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat nanti.”

sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah seorang laki-laki bernama ‘Ukasyah Ibnu Muhsin’, ia berdiri di hadapan Rasulullah sambil berkata: “Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu ya RAsul Allah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku berani tampil untuk memperkenankannya. sesuai dengan permintaanmu. Dulu aku pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. KEmudian Engkau  mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung sampingku; saya tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri?”.

Rasulullah menjawab: ” Maha suci Allah ya ‘Ukasyah, bahwa Rasulullah akan bermaksud memukul engaku dengan sengaja”.

Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, supaya Fatimah memberikan kepadaku cambukku”., kata beliau. Bilal segera ke luar masjid dengan tangannya diletakkannya di atas kepalanya keheranan sambil berkata sendirian: “inilah Rasulullah memberikan kesempatan kisas terhadap dirinya!” diketoknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari dalam: ” Siapakah di luar?” “saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasulullah” jawab Bilal.

– ” Apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya fatimah ke Bilal.

– ” Ya fatimah! ayahmu memberikan kewempatan kepada orang untuk mengambil kisas atas dirinya” Bilal mengaskan.

– ” Siapakah pula gerangan itu yang sampai hati untuk mengisas RAsulullah?” tukas fatimah keheranan.

Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan RAsulullah pun menyerahkannya ke tangan Ukasyah.

Tatkala hal itu dilihat Abu bakar sidik dan Umar ra, keduanya berkata kepada ‘Ukasyah: ” Hai Ukasyah! kami sekarang berada di hadapanmu, pukul-kisaslah kami berdua, dan jangan sekali- kali engkau pukul RAsulullah saw!” Rasulullah menyela dengan katanya: ” Duduklah kalian keduanya, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”.

Kemudian berdiri pula Ali bin Abi tholib sambil berkata: “Hai ukasyah! saya ini sekarang masih hidup di hadapan Rasulullah. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan kisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!” Nabi menukas pula: ” Allah telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”. Kemudian tampil pula kedua kakak beradik, HAsan dan husein. ” Hai Ukasyah! bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung RAsulullah, dan kisaslah terhadap diri kami dan itu berarti sama juga dengan mengkisas Rasulullah sendiri!”. Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan kata beliau: ” Duduklah kalian keduanya, wahai penyejuk mataku!”.

Dan akhirnya Nabi berkata:

“hai Ukasyah! pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil kisas!”

“ya Rasul Allah! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain di badanku”, kata ukasyah. Lantas tanpa bicara Rasulullah segera membuka bajunya, maka berteriaklah kaum muslimin yang hadir sambil menangis.

maka tatkala Ukasyah melihat putih tubuhnya Rasulullah, ia segera mendekat tubuh Nabi dan mencium punggung beliau sepuas-puasnya sambil berkata:

“Tebusanmu Rohku ya RAsul Allah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengisas engkau ya Rasul Allah? sayasengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah SWT dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”.

Akhirnya berkatalah Nabi SAW:

“Ketahuilah wahai para sahabat! Barangsiapa yang ingin melihat penduduk syurga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini.”

Lantas bangkit berdirilah kaum muslimin beramai-ramai mencium Ukasyah diantara kedua matanya. dan mereka berkata: ” Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah saw di surga kelak!”.

YA Allah! demi kemuliaan dan kebesaran Engkau mudahkan jugalah kami mendapatkan Syafaatnya RAsulullah saw di negeri akhirat yang abadi! amin! (Mau’idzatul Hasanah)

 

(Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah.1974.KH FIrdaus AN. Jakarta: PEdoman Ilmu jaya.)

“Persamaan HAK” salah satu pesan Rasulullah dalam Haji Wada’   2 comments

Rasulullah berkata dalam khutbah Alwada’nya :

” Hai manusia! sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah tunggal, dan sesungguhnya kamu berasal dari satu bapak. Semua kamu dari adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu semua disisi Tuhan adalah orang yang paling Taqwa, tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab itu dari yang bukan Arab, kecuali dengan Taqwa.
“Hai umat , bukankah aku telah menyampaikan?! O Tuhan saksikanlah! maka hendaklah barangsiapa yang hadir diantara kamu di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan pesan wasiat ini kepada mereka yang tidak hadir !”.

 

setelah Nabi mengakhiri Khutbah al Wada’ yang amat berkesan itu dengan suaranya yang tinggi sambil menunjuk ke langit, maka berteriak pulalah para jemaah haji yang sedang berkumpul di padang Arafah itu menyahut serentak dengan suaranya yang lantang bergema, membelah kesunyi senyapan  padang pasir yang luas tandus itu dengan beramai-ramai mengucapkan: “Demi Allah! Sesungguhnya Engkau (Muhammad) telah menyampaikan amanah perintah-perintah Tuhanmu!”.

 

 

 

(dalam “detik detik kehidupan Rasulullah”,KH Firdaus AN, 1972,Pedoman Ilmu jaya: Jakarta)