Archive for the ‘lagu’ Tag

Cassandra – Cinta Terbaik lyrics   Leave a comment

jujur saja ku tak mampu
hilangkan wajahmu di hatiku
meski malam mengganggu
hilangkan senyummu di mataku
ku sadari aku cinta padamu

meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit
tapi cintamu yang terbaik

jujur saja ku tak mampu
tuk pergi menjauh darimu
meski hatiku ragu
kau tak di sampingku setiap waktu
ku sadari aku cinta padamu

meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit

tapi cintamu yang terbaik

oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit
tapi cintamu yang terbaik

oh meski ku bukan yang pertama di hatimu
tapi cintaku terbaik untukmu
meski ku bukan bintang di langit
tapi cintamu yang terbaik (cintaku yang terbaik)
tapi cintamu yang terbaik (cintaku yang terbaik)
tapi cintamu yang terbaik
» Download MP3 » : Cassandra – Cinta Terbaik.mp3

watch video

i dedicate this one for u_

Posted November 4, 2013 by a'im in Cerpen dan Kisah

Tagged with , , , , , , , , ,

Armada – Dimilikimu Lagi lyrics   Leave a comment

 

Telah berjuta langkah ku lalui tanpa kamu
tapi bayangan dirimu tetap menghampiri aku
selalu saja aku coba untuk melupakan
semua tentang kita berdua tapi aku rindukanmu

aku ingin dimilikimu lagi
entah sampai kapan ku harus menunggu itu
jika ku dimilikimu lagi
kan selalu ku jaga hingga aku tak bernyawa lagi

telah berjuta langkah ku lalui tanpa kamu
tapi bayangan dirimu tetap menghampiri aku
selalu saja aku coba untuk melupakan
semua tentang kita berdua tapi aku rindukanmu

aku ingin dimilikimu lagi
entah sampai kapan ku harus menunggu itu
jika ku dimilikimu lagi
kan selalu ku jaga hingga aku tak bernyawa lagi

aku ingin dimilikimu lagi
entah sampai kapan ku harus menunggu itu
jika ku dimilikimu lagi
kan selalu ku jaga hingga aku tak bernyawa, tak bernyawa lagi

» Download MP3 » : Armada – Dimilikimu Lagi.mp3

 

i dedicate this one for u_

Kisah Motivasi dari seekor Jangkrik Kecil   Leave a comment

Seekor anak jangkrik baru pertama kali keluar dari liangnya. Dia sangat terkagum-kagum dengan dunia luar. Ada bintang, bulan, angin yang bertiup. Tiba-tiba dia mendengar suara nyanyian yang menurutnya sangaaat merdu. Dia mencari sumber nyanyian itu.
Didapatinya binatang mirip dirinya sedang menyanyi… krik…! krik…!! Lalu didekatinya binatang yang mirip dirinya itu. Lalu dia berkata, ” wahai, binatang yang sedang bernyanyi, binatang apakah engkau bisa bernyanyi semerdu itu?”
“Aku jangkrik juga seperti dirimu, jangkrik kecil…!” jawab jangkrik dewasa.
” Ooo begitu, apakah kalau kita sama, apakah aku bisa bernyanyi semerdu yang enagkau lakukan?” kata jangkrik muda.
” Tentu saja…!” kata jangkrik dewasa ” Sebagai jangkrik, enagkau PASTI bisa bernyanyi. Engkau hanya perlu tahu caranya dan latihan yang rajin untuk dapat bernyanyi seperti ini, bahkan mungkin bisa lebih merdu dari yang aku lakukan.”
Lalu jangkrik dewasa mengajarkan cara bernyanyi. Jangkrik muda mengamati betul-betul cara yang dijarkan jangkrik dewasa. Jangkrik muda mulai mempraktekkan yang diajarkan jangkrik dewasa. Tetapi… yang terdengar nyanyian yang tidak merdu sama sekali… Krekk…!! Krekk..!!!
“Engkau hanya perlu latihan terus menerus untuk dapat bernyanyi lebih merdu,” kata jangrik dewasa.
Maka dengan penuh suka cita pulanglah jangkrik muda ini ke liangnya. Di sarangnya dia berlatih terus sepanjang malam… Sampai pagi hampir menjelang, matanya sudah mulai mengantuk. Dia coba bernyanyi, tetapi yang terdengar hanya sedikittt sekali kemajuan…,” krek…!!! Kreik…!!! Kreik…!!
Malam harinya dia coba lagi berlatih bernyanyi, tetapi yang terdengar masih, ” Krek…!! Kreik…!!! Kreik…!!! masih jauh sekali dari suara merdu.
Jangkrik muda hampir putus asa. Mungkin saya memang tidak berbakat untuk bernyanyi, katanya dalam hati. Akhirnya dia memutuskan untuk menemui jangkrik dewasa.
Dengan lemah lesu berceritalah jangkrik muda ini tentang permasalahannya. Tetapi, jangkrik dewasa malah tertawa terbahak-bahak. Jangkrik muda heran.
“Mengapa engkau malah tertawa wahai jangkrik dewasa,” kata jangkrik muda.
“Wahai jangkrik muda, aku bisa bernayanyi semerdu ini memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun berlatih. Engkau baru berlatih satu malam saja sudah menyerah… bahkan menganggap dirimu tidak berbakat belum ada kemajuan. Bangkitlah jangkrik muda, berlatihlah terus… saya yakin engkau akan bisa bernyanyi lebih merdu dari diriku.” kata jangjrik dewasa.

Maka terbukalah pikiran si jangkrik muda. Akhirnya dia pulang ke sarangnya dengan penuh suka cita…. Dan berniat akan ulet berlatih SAMPAI BISA . Karena dia memang PASTI BISA…

*start from now,,, KEEP TRYING,, tak ada yg tak bisa,,, 🙂 (y)

Posted February 23, 2013 by a'im in Cerpen dan Kisah

Tagged with , , , , , , , , , , ,

Apa Salahnya Menangis ?   Leave a comment

– Apa salahnya menangis, jika
memang dengan menangis itu manusia menjadi sadar. Sadar akan
kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup menolongnya dari
keterpurukan selain Allah Swt. Kesadaran yang membawa manfaat dunia dan
akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak
balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika seseorang menghadapi
kebahagiaan maka hatinya akan gembira dan saat dilanda musibah tidak sedikit
orang yang putus asa bahkan berpaling dari kebenaran.

Sebagian orang menganggap menangis
itu adalah hal yang hina, ia merupakan tanda lemahnya seseorang. Bangsa Yahudi
selalu mengecam cengeng ketika anaknya menangis dan dikatakan tidak akan mampu
melawan musuh-musuhnya. Para orang tua di Jepang akan memarahi anaknya jika
mereka menangis karena dianggap tidak tegar menghadapi hidup. Menangis adalah
hal yang hanya dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai prinsip hidup.

Bagi seorang muslim yang mukmin,
menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap
berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya. Rasulullah Saw
meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim. Abu Bakar
Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy
(Orang yang selalu menangis). Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak
manakala sholat dibelakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah.
Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada
sesorang sedang membaca Al Qur’an, ketika sampai pada ayat: “Hari (ketika)
manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”
(QS. Al Muthaffifin: 6).

Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya
seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis. Lihatlah betapa
Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan
getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka. Lembutnya hati mengantarkan mereka
kepada derajat hamba Allah yang peka.

Bukankah diantara tujuh golongan
manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari dimana tiada naungan kecuali
naungan Allah adalah orang yang berdoa kepada Robbnya dalam kesendirian
kemudian dia meneteskan air mata? Tentunya begitu sulit meneteskan air mata saat
berdo’a sendirian jika hati seseorang tidak lembut. Yang biasa dilakukan
manusia dalam kesendiriannya justru maksiat. Bahkan tidak sedikit manusia yang
bermaksiat saat sendiri di dalam kamarnya seorang mukmin sejati akan menangis
dalam kesendirian dikala berdo’a kepada Tuhannya. Sadar betapa berat tugas
hidup yang harus diembannya di dunia ini.

Di zaman ketika manusia lalai dalam
gemerlap dunia, seorang mukmin akan senantiasa menjaga diri dan hatinya.
Menjaga kelembutan dan kepekaan jiwanya. Dia akan mudah meneteskan air mata
demi melihat kehancuran umatnya. Kesedihannya begitu mendalam dan perhatiannya
terhadap umat menjadikannya orang yang tanggap terhadap permasalahan umat. Kita
tidak akan melihat seorang mukmin bersenang-senang dan bersuka ria ketika tetangganya
mengalami kesedihan, ditimpa berbagai ujian, cobaan, dan fitnah. Mukmin yang
sesungguhnya akan dengan sigap membantu meringankan segala beban saudaranya.
Ketika seorang mukmin tidak mampu menolong dengan tenaga ataupun harta, dia
akan berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam.

Menangis merupakan sebuah bentuk
pengakuan terhadap kebenaran. “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang
diturunkan kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata
disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab
mereka sendiri) seraya berkata: “Ya Robb kami, kami telah beriman, maka
catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an
dan kenabian Muhammad)”
. (QS. Al Maidah: 83). Ja’far bin Abdul Mutholib

membacakan surat Maryam ayat ke-16 hingga 22 kepada seorang raja Nasrani yang
bijak. Demi mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, bercucuranlah air mata raja
Habsyah itu. Ia mengakui benarnya kisah Maryam dalam ayat tersebut, ia telah
mengenal kebenaran itu dan hatinya yang lembut menyebabkan matanya sembab
kemudian menangis. Raja yang rindu akan kebenaran benar-benar merasakannya.

Orang yang keras hatinya, akan
sulit menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah. Bahkan ketika datang teguran
dari Allah sekalipun ia justru akan tertawa atau malah berpaling dari
kebenaran. Sehebat apapun bentuk penghormatan seorang tokoh munafik Abdullah
bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah Saw, sedikit pun tidak berpengaruh pada
hatinya. Ia tidak peduli ketika Allah Swt mengecam keadaan mereka di akhirat
nanti, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
neraka yang paling bawah. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang
penolongpun bagi mereka”
. (QS. An Nisa’: 145)

Barangkali di antara kita yang
belum pernah menangis, maka menangislah disaat membaca Al Qur’an, menangislah
ketika berdo’a di sepertiga malam terakhir, menangislah karena melihat kondisi
umat yang terpuruk, atau tangisilah dirimu karena tidak bisa menangis ketika
mendengar ayat-ayat Allah. Semoga hal demikian dapat melembutkan hati dan
menjadi penyejuk serta penyubur iman dalam dada. Ingatlah hari ketika manusia
banyak menangis dan sedikit tertawa karena dosa-dosa yang diperbuatnya selama
di dunia. “Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai
pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”
. (QS At Taubah: 82).

Jadi apa salahnya menangis?.

pr@ydsf.or.id