Archive for the ‘sholat’ Tag

Wasiat Allah Kepada Rasulullah   Leave a comment

Nabi S.A.W., “Pada waktu malam saya diisrakkan sampai ke langit, Allah S.W.T telah memberikan lima wasiat, antaranya :

  • Janganlah engkau gantungkan hatimu kepada dunia kerana sesungguhnya Aku tidak menjadikan dunia ini untuk engkau.
  • Jadikan cintamu kepada-Ku sebab tempat kembalimu adalah kepada-Ku.
  • Bersungguh-sungguhlah engkau mencari syurga.
  • Putuskan harapan dari makhluk kerana sesungguhnya mereka itu sedikitpun tidak ada kuasa di tangan mereka.
  • Rajinlah mengerjakan sembahyang tahajjud kerana sesungguhnya pertolongan itu berserta qiamullail.

Ibrahim bin Adham berkata, “Telah datang kepadaku beberapa orang tetamu. Saya berkata kepada mereka, berikanlah nasihat yang berguna kepada saya, yang akan membuat saya takut kepada Allah S.W.T.

Lalu mereka berkata, “Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara, yaitu :

  • Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan sangat kesedaran hatinya.
  • Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata himat darinya.
  • Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan sangat kemanisan ibadahnya.
  • Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan sangat khusnul khatimahnya.
  • Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan sangat akan hidup hatinya.
  • Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan sangat kelurusan agamanya.
  • Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan sangat akan keredhaan Allah daripadanya.”

Adab- adab setelah Akad nikah   1 comment

Ba’da Idul Fitri ini banyak sekali mereka yang berencana melakukan walimah. Sangat penting bagi umat muslim untuk mengertahui pedoman-pedoman yang agama kita ajarkan demi keselamatan dan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat. seperti halnya Islam mengajarkan adab-adab dan tata cara melakukan hubungan suami istri bahkan telah jauh diatur mulai dari sebelum ijab qobul hingga selesai dan. itu diatur secara kontinuitas secara komplek dalam keseharian kita dalam semua aspek kehidupan kita.

Sebenarnya ada belasan pembahasan adab. Berikut ini adalah beberapa yang dilakukan oleh pasangan yang baru saja melakukan akad nikah sesuai dengan tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pembahasan ini kami nukilkan dari Kitab Adabuz Zifaf karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah halaman 19 sampai 26 (e-books dari www.albany.net)., namun baru empat bagian awal yang bisa dibagi pada kesempatan kali ini.

Empat adab tersebut adalah:

1. Lemah-lembut terhadap Istri

Dalil dalam permasalahan ini adalah hadits tentang pernikahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah.

Di dalam hadits tersebut dikisahkan bahwa setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyunting ‘Aisah radhiyallahu ‘anha, beliau mendapat suguhan segelas susu. Beliau pun minum susu tersebut dan lalu menyuguhkannya pula kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

2. Meletakkan Tangan di atas Kepala Istri kemudian Mendoakannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuntunkan kepada para suami, ketika mereka menikahi seorang wanita, hendaklah mereka memegang ubun-ubunnya, membaca basmalah, mendoakan keberkahan dan membaca,

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعُوْذَ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA MIN KHAIRIHA WA KHAIRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI. WA A’UDZUBIKA MIN SYARRIHA WA SYARRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI

Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadamu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepadamu dari kejelekannya dan kejelekan yang engkau tetapkan atas dirinya”

3. Melakukan Shalat Sunnah Dua Rakaat

Ini merupakan petunjuk salaf sebagaimana yang terdapat dalam riwayat Abu Said, maula Abu Usaid. Para sahabat mengajarkan,

إِذَا دَخَلَ عَلَيْكَ أَهْلُكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ، ثُمْ سَلِّ اللهَ مِنْ خَيْرِ مَا دَخَلَ عَلَيْكَ ، وَتَعَوُّذْ بِهِ مِنْ شَرِّهِ ، ثُمَّ شَأنُكَ وَشَأْنُ أَهْلِكَ

“Jika istrimu menghampirimu, maka shalatlah dua rakaat. Kemudian mintalah kepada Allah kebaikan apa yang datang kepadamu, dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelakannya. Kemudian terserah kepadamu dan istrimu.” (HR. Abu Bakr bin Abi Syaibah, sanadnya shahih sampai kepada Abu Sa’id).

Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan kepada seseorang yang baru menikah,

فَإِذَا أَتَتْكَ فَأَمَرَهَا أَنْ تُصَلِّيَ وَرَاءَكَ رَكْعَتَيْنِ

“Kalau istrimu datang menghampirimu, maka perintahkanlah dia shalat dua rakaat di belakangmu”(HR. Abu Bakr bin Abi Syaibah)

4. Membaca doa sebelum melakukan hubungan seks

Dianjurkan sekali untuk membaca doa sebelum dia mendatangi istrinya,

بِسْمِ اللهِ ، اَللَّهُمَّ جَنِبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِبِ الشَّيْطاَنَ مَا رَزَقْتَنَا

Bismillah. Allahumma janibnasy syaithaan wa janibisy syaithan ma razaqtana.

Artinya, “Bismillah, ya Allah, jauhkan syaithan dari kami, dan jauhkan syaithan dari apa yang engkau anugerahkan kepada kami.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang doa ini, “Apabila Allah menakdirkan keduanya untuk mendapatkan anak, maka anak itu tidak akan mendapatkan kemudharatan dari syaithan selamanya.” (HR. Al-Bukhari dan Ashabussunan kecuali An-Nasa’i).

Inilah empat point awal yang disampaikan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Adabuz Zifaf. Point-point selanjutnya adalah tentang perkara jima’ (hubungan seks) dan soal bersuci yang insya Allah ada di judul selanjutnya setelah ini. Wallahu a’lam bisshawab.

 

 

www.wiramandiri.wordpress.com

http://endangar.wordpress.com

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Read more about niat malam pertama by www.konsultasisyariah.com

Hukum darah nyamuk pada sholat   Leave a comment

Tanya:

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuhu.

Alhamdulillah kita panjatkan kepada sang Khaliq yg mana kita dapat dipertemukan dalam kontek tanya jawab ini, semoga keimanan kita semakin hari semakin meningkat, Insya Allah.

Pak Ustadz dalam hal ini saya ingin menanyakan tentang: Apakah (sah/tidaknya) apabila anggota badan/pakaian kita kena darah dari nyamuk. Demikian saja semoga Ustadz dapat memberikan sedikit pencerahan kepada saya. Wassalam.

(Billie)

Jawab:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu.

Darah nyamuk, kutu, lalat adalah darah yang suci menurut sebagian ulama, karena bangkainya suci.
(Al-Asybaah wa An-Nazhaa’ir-Ibnu Najim Al-Hanafy 2/193)

Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu:
دم الذباب والبعوض وشبهه لأن ميتته طاهرة كما دل عليه حديث أبي هريرة في الأمر بغمسه إذا وقع في الشراب ، ومن الشراب ما هو حار يموت به، وهذا دليل على طهارة دمه لما سبق من علة تحريم الميتة .

Artinya: “Darah lalat dan nyamuk dan yang semacamnya (adalah suci) karena bangkainya suci, sebagaimana yang ditunjukkan hadist Abu Hurairah ketika diperintahkan untuk menenggelamkan lalat apabila masuk dalam minuman, dan diantara minuman ada yang panas lagi mematikan, ini menjadi dalil atas sucinya darah lalat karena apa yang sudah berlalu tentang sebab diharamkannya bangkai.(Majmu Fatawa Wa Rasa’il Syeikh ‘Utsaimin 11/267)

Sebagian yang lain mengatakan bahwa darah hewan-hewan tersebut najis akan tetapi dimaafkan apabila sedikit, apabila banyak maka ada perbedaan pendapat diantara mereka, dan yang lebih shahih adalah dimaafkan juga karena dia termasuk najis yang sulit dihindari.

(Lihat Syarh Kitab Ghayatil Bayan-Ibnu Ruslan hal:34, Al-Fawakih Ad-Dawany 1/387, Raudhatuth Thalibin 1/385-386, Al-Manhaj Al-Qawiim-Al-Haitamy hal:230)

Dengan demikian seseorang yang badan atau pakaiannya terkena darah nyamuk atau kutu atau lalat adalah sah.
Ibnu Abi Syaibah telah meriwayatkan sebuah atsar dari Zajir bin Shalt, dari Al-Harits bin Malik, beliau berkata:

انطلقت إلى منزل الحسن فجاء رجل فسأله فقال: يا أبا سعيد ! الرجل يبيت في الثوب فيصبح وفيه من دم البراغيث شئ كثير يغسله أو ينضحه أو يصلي فيه؟ قال: لا ينضحه ولا يغسله يصلي فيه

Dari Al-Haarits bin Malik beliau berkata: Aku pergi ke rumah Hasan (Al-Bashry), kemudian datang seorang laki-laki seraya bertanya: Wahai Abu Sa’id! Seseorang tidur dengan sebuah baju, kemudian ketika di pagi hari banyak darah kutu di bajunya, apakah dia harus mencucinya atau memercikinya atau langsung shalat dengannya? Beliau menjawab: Tidak perlu memercikinya dan tidak perlu mencucinya, silakan dia shalat dengannya” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/285 no: 2035)

Wallahu a’lam.

 

http://konsultasisyariah.com/sahkah-sholat-kita-apabila-terkena-darah-nyamuk

 


Ketika Hati memainkan peranannya…   Leave a comment

Sebuah hati yang hanya tercipta dari segumpal darah merah mungkin hanya beberapa centi jika diukur dengan ukuran matematis, atau hanya segenggam tangan manusia jika dapat diperkirakan. dan seringkali kita melihat hati digambarkan dalam bentuk “love” sebagai wujud dari kasih sayang dan cinta. Namun, sebuah hati dari seorang manusia tidak hanya sebatas organ berharga yang dapat memberikan kehidupan bagi pemiliknya, betapa tidak hati yang begitu kecil memainkan peranannya dalam segala hal.  Itulah qolbun sebuah istilah dalam mengisyaratkan perasaan yang menggerakkan semua organ dalam diri manusia, menyalurkannya ke dalam pikiran dan dilanjutkan pada bergeraknya organ lainnya sebagai bentuk komando dari sang jenderal “qolbu”


Keberadaannya menjadikan seseorang dengan berbagai karakteristik yang unik dan menarik..

Ketika seorang manusia memiliki suatu perasaan ketertarikannya terhadap sesuatu maka hati berubah menjadi sangat agresif dan senang, sehingga membuat sang tuan seringkali berkata bijak kepada semua orang, dan membuatnya seringkali menebar senyum dan menunjukkan karisma kebahagiaannya melalui raut muka dan tingkah lakunya. begitu besar pengaruh sang hati pada seorang pemilik walaupun ia berbentuk segumpal darah.

dilain pihak sang hati yang sedang bersedih maka memberikan imbas yang sangat berharga pula pada sang pemilik, akan hadir suatu perasaan sedih yang diikuti oleh sikap tubuh yang melemas dan raut muka yang tidak ceria, kegelisahan sikap dan ketidaktenangan dalam semua gerak gerik. tak jarang dibuatnya menangis tersedu sedu hingga meneteskan air mata yang sangat pilu.

Ketika diri ini menginginkan kebersamaan selalu hadir dalam diriku, maka ketika adanya suatu perpisahan maka diri ini sungguh sangat merasakan kesakitan karena perpisahan, sang hati memainkan peranannya agar senantiasa dalam kebersamaan itu terulang. ketika diri ini menginginkan kesendiriannya demi ketenangannya maka ketika ada suatu keramaian sang hati memainkan peranannya untuk tidak menyukai suasana penuh keramaian. sungguh unik sang hati dalam memainkan peranannya.

Seseorang yang ditinggal mati orang tuanya akan merasakan kepedihan yang mendalam dan tak terbayarkan, perasaan ketidakmampuan melanjutkan kehidupan dapat saja terjadi, bahkan mengefek pada jatuhnya bulir-bulir air mata dan hadir suatu sikap tak menentu dalam kesehariannya. seorang yang ditinggal pergi oleh seseorang yang ia cinta bukanlah perkara mudah untuk melupakannya barang sekejap, disinilah sang pemilik hati (Allah) menghadirkan hikmah-hikmahNya dari semua kejadian hidup agar kita dapat belajar dari semua kejadian yang Ia berikan, menjadikan diri tambah dewasa dan bertambah bijaksana dalam hidup di dunia. manusia yang dikehendaki agama adalah mereka yang mampu mengambil hikmah dari semua kejadian dan membaca semua kalam yang tersirat maupun tersurat.

“Yaa Muqollibunal Qulub Tsabbit qulubana ‘alaa to’atik” (wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah kami dalam taat padaMu).

Seorang yang sedang jatuh cinta pun demikian, sang hati memainkan peranannya  untuk senantiasa membuat sang pemiliknya bahagia, selalu tersenyum ramah kepada semua orang sehingga tak jarang orang menganggapnya sedang berbahagia, sang hati menjadikannya selalu bersemangat dalam beraktifitas, sebaliknya jika ia dalam keadaan putus cinta sang hati menjadikan semua organ dalam tubuh dalam diri manusia tidak mampu menerima kondisi lingkungan sekitarnya, perasaan sedih dan tak mau melakukan hal-hal lain sebagi aktivitas rutinnya akan dapat saja terjadi sebagai bentuk akibatnya. coba perhatikan mereka yang sedang putus cinta,  bagi sebagian orang ada yang tak mampu makan dan tak mampu untuk berada dalam keramaian. itulah efek yang mungkin terjadi akibat permainan sang hati. Namun satu hal yang perlu ditekankan bahwasanya dalam diri manusia ada suatu penggerak yaitu hati dan hati digerakkan oleh sang pemilik hati (rabbul jalil)” (Kitab Addurunnafis)

Ada rasa suka dan ada rasa sedih sebagai suatu fenomena hati yang tak dapat terelakkan bagi semua orang. namun di lain sisi ada suatu keburukan yang dapat timbul dari sebuah hati yang tidak sehat, itulah sebuah perbuatan buruk yang sangat ditakuti sebagaimana Rasulullah mengatakan “di dalam diri manusia terdapat segumpal darah, jika baik ia maka baiklah semuanya, sebaliknya jika buruk ia maka buruklah semuanya, itulah hati”

Adanya prasangka buruk dan ada prasangka kebaikan, ada sifat-sifat tercela dan ada sifat-sifat terpuji yang akan muncul dalam diri manusia bergantung dari mana manusia hendak menjadikan hatinya. Hanyalah Allah dan agamanyalah yang dapat menuntun sang hati menjadi sehat dan dalam cahaya ilahi. Karena Rasa Cinta yang musti diharapkan hadir adalah sebuah cinta yang hakiki yakni Cinta kepada Allah dan Rasullullah. yang senantiasa harus hadir dalam diri kita hingga ajal menjemput kelak…

“ya Allah ya Rasulullah hadirlah dalam kehidupan dan kematian kami…” Amin

Bingung, Haruskah Kita Bermazhab?   2 comments

 

 

Secara garis besar kaum muslimin itu terbagi kepada empat kelompok.

Pertama: Mujtahid, kedua: Ahlu Nazhar, ketiga: Muttabi’ dan keempat orang awam (muqallid). Seorang mujtahid adalah orang yang sudah menguasai Al-Qur’an, sunnah Rasulullah dan ilmu-ilmu syariah lainnya sehingga menjadikannya bisa berijtihad secara benar dalam menggali hukum berdasarkan dalil Al-Qur’an dan sunnah. Apabila seseorang sudah mencapai tingkatan mujtahid, maka diharamkan baginya untuk taqlid kepada siapa pun karena dia telah memiliki kemampuan untuk menggali hukum dari Al-Qur`an dan sunnah oleh dirinya sendiri.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang tidak sampai kepada derajat mujtahid, namun dia memiliki kemampuan untuk mengkaji dalil-dalil yang digunakan oleh para mujtahid. Dengan pengkajiannya dia dapat membandingkan manakah dalil yang lebih kuat di antara dalil-dalil yang digunakan oleh para imam dalam suatu masalah yang dipersilisihkan. Orang yang seperti ini disebut dengan ahlu nazhar dan baginya dibolehkan mengambil pendapat yang lebih kuat berdasarkan pengkajiannya. Artinya, dalam suatu masalah dia mengikuti madzhab Syafi’i, tapi dalam masalah lain dia mengikuti madzhab Hambali dan demikian seterusnya.

Pengambilan pendapat tersebut didasarkan pada kekuatan dalil dan bukan kepada selera atau alasan lainnya. Adakalanya juga pada suatu saat dia mengikuti madzha Syafi’i, tapi pada waktu berikutnya dia mengikuti madzhab Hanafi karena bedasarkan pengkajiannya didapatkan bahwa dalil-dalil madzhab Hanafilah yang dipandang lebih kuat. Orang-orang dalam tingkatan ini biasanya memegang madzhab tertentu sebagai patokan mengistinbath hukum, walaupun pada realitasnya pendapat mereka tidak senantiasa sama dengan para imam madzhabnya.

Kelompok ketiga adalah muttabi’, yaitu orang-orang yang memegang suatu pendapat serta mengetahui dalil yang dijadikan landasan dari pendapat tersebut, tetapi jika diajukan padanya beberapa masalah yang diperselisihkan dan diminta untuk mengambil salah satu pendapat yang lebih kuat berdasarkan dalil, dia tidak mampu melakukanya.

Kelompok keempat adalah kelompok kebanyakan, yaitu orang-orang awam yang mengamalkan ajaran Islam, namun tidak mengetahui dalil-dalilnya, dia melaksanakan shalat shubuh dua rakaat, zhuhur empat rakaat dan sebagainya, mereka pun berpuasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat dan sebagainya, sekalipun mereka tidak mengetahui dalilnya. Bagi orang-orang dalam kelompok empat ini hendaklah mengikuti saja petunjuk para ulama atau para ustadz yang dipandang baik (kredibel) dalam keilmuan, keshalihan dan ketakwaannya agar dia bisa selamat dari ketersesatan. Di samping dia pun wajib meningkatkan kemampuan ilmunya hingga mengetahui dalil yang menjadi landasan kewajiban-kewajiban yang dia tunaikan.

Sesungguhnya untuk kelompok ketiga dan keempat ini tidak tepat jika mereka disebut telah bermadzhab dengan madzhab tertentu, karena sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti (taqlid/ittiba) kepada seseorang alim yang mereka pandang mumpuni dari sisi keilmuan dan keshalihannya. Bermadzhab itu tepatnya ditujukan kepada kolompok nomor dua, karena mereka menjadikan madzhab imam mereka sebagai acuan dalam menyimpulkan sebuah hukum. Karena madzhab sendiri secara bahasa artinya tempat pergi, atau tempat bertitik tolak, atau acuan dalam menyimpulkan berbagai hukum syariat.

Jika kita termasuk dalam kelompok ini, maka kewajiban kita adalah mencari ulama yang bisa dijadikan panutan dalam ibadah berdasarkan kriteria ketakwaan dan keilmuannya dengan senantiasa meningkat keilmuan kita dalam bidang syariat, sehingga yang tadinya tidak mengetahui dalilnya menjadi mengetahui dalilnya, dan selanjutnya bisa membandingkan di antara dalil-dalil dari masalah yang diperselisihkan, sehingga kita tidak tersamuk orang yang fanatik buta, tapi dapat menerima kebenaran dari mana saja datangnya selama kebenaran tersebut bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan dalil-dalil yang kuat.

Wallahu A’lam bishawwab.

 

Lagi ta’aruf, Kenapa Bingung?   2 comments

Kok bingung…? Itulah satu kata yang terlontar dari mulut seorang ikhwan yang lagi berta’aruf dengan Salsa (tidak nama sebenarnya). Salsa seorang akhwat yang selama ini selalu menjaga pergaulan dan menutup diri untuk namanya pacaran, akhirnya terjebak juga dengan perasaan gundah, bingung, dan resah seperti yang dialami oleh kebanyakan orang-orang yang mau menikah. Keadaan ini dialami oleh Salsa setelah ada komitmen dengan si Akhi untuk melanjutkan pernikahan secepatnya, namun satu kata kunci dari seorang ibu yang melahirkan dan membesarkan si Akhi belum ada kata-kata setuju atau pun tidak. Saat Salsa meminta keputusan tegas dari si akhi, dia pun tidak bisa memberikan keputusan tegas karena hasil dari sholat istikharahnya ‘positif’, hanya tinggal menunggu keputusan Ibunya. Inilah yang membuat Salsa menjadi gundah karena serba tidak jelas, hatinya pun menjadi maju mundur.

Ungkapan rasa bingung ini pun keluar dari mulut Salsa saat ditelepon dengan si Akhi, persis ketika itu, orang tua Salsa sudah mulai mendesak untuk mendapatkan suatu kejelasan, ditambah lagi satu ikhwan lain bermaksud hendak berta’aruf juga dengannya. Kondisi ini semakin membuatnya resah, saat mengingat umurnya yang sudah cukup matang untuk menikah. Akhirnya keluhannya diterima oleh si Akhi sambil memberikan nasehat, “Hidup kita ini sudah diatur oleh Allah, bukankah selama ini kita sudah banyak menimba ilmu tentang keyakinan kepada Allah, bahwa taqdir Allah sudah ditetapkan bagi semua makhluknya?” Tinggal bagi kita sekarang untuk mengamalkan dan mempraktekkan ilmu yang telah kita timba di pengajian. Allah sentiasa menguji hamba-Nya dengan keresahan, kesusahan dan kekurangan. Maka orang yang selalu mengikuti petunjuk Allah, maka ia tidak akan pernah merasa khawatir dan tidak pula bersedih hati. Kenapa harus bingung?

Gedebuk!! Begitulah kira-kira irama jantung Salsa saat diingatkan dengan firman Allah di atas. Si Akhi pun melanjutkan nasehatnya, “Sekarang tinggal bagi kita memperkuat hubungan dengan Allah, mengisi waktu malam dengan sholat tahajud, memperbanyak tilawah Qur’an, banyak bersedekah, banyak berzikir, dan sabar serta ridho menerima kondisi ini. Sambil kita terus berusaha dan terus berdo’a agar Alloh membuka pintu hati Ibu, karena hati Ibu itu, juga berada dalam gemgaman Allah. Kalau Allah berkehendak kita berjodoh, pasti akan terlaksana juga apaun rintangannya.”

Dalam hati Salsa terus beristigfar atas kegundahan dan rasa was-was yang dihembuskan oleh syaitan ke dalam hatinya. Setelah itu Salsa pun mulai agak merasa tenang, walau sekali-kali muncul juga perasaan khawatir itu, akhirnya ia menyibukkan diri mencari berbagai literatur, untuk mendapatkan mengatasi keresahan hatinya. Dia pun menemukan buku yang ditulis Harun Yahya dengan judul “Melihat kebaikan dalam Segala Hal” (Seeing Good in All).

Dalam buku tersebut, kembali salsa menemukan kutipan dari firman Allah: “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (Ali Imran:160) Usai membaca buku itu, Salsa pun merenung, ternyata rasa tawakal, sabar dan berhusnuzhon pada Allah, inilah yang harus selalu dipupuk di setiap helaan nafas, dan dalam setiap langkah kita. Setiap ujian dan rintangan yang menimpa kita, pasti ada kebaikan dan pelajaran yang bisa dipetik, sekalipun kondisi itu tidak kita sukai. Ini baru satu perjuangan untuk mewujudkan pernikahan, belum lagi perjuangan-perjuangan lain yang jauh lebih berat lagi.

Wahai saudara-saudariku… perjuangan untuk menikah itu, bukanlah suatu perjuangan yang mudah, oleh karena itu, bagi saudara-saudariku yang telah menikah jagalah keharmonisan keluarga anda, jangan biarkan biduk keluarga anda oleng dan karam di tengah lautan, karena hidup di dunia ini hanya sesaat, kelak di akherat sana kita dimintai pertanggungjawaban atas kewajiban dan tanggung jawab yang kita emban. Bagi para suami berlombalah melatih diri untuk menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, seperti akhlaknya Rasulullah, menjadi ayah yang memberikan keteladanan pada anak-anaknya. Tidak otoriter sebagai soerang pemimpin. Ajaklah isteri anda untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga. Bagi para isteri bersemangatlah untuk memicu diri agar bisa menjadi bidadari dunia dan akherat bagi suamimu, indah dipandang mata, sejuk di kalbu dan bermesra dirasa, yang pasti selalu dekat dengan Allah. Menjadi isteri dan ibu yang memberi rasa damai pada anggota keluarga Didiklah para anak-anak anda, menjadi anak-anak yang kelak akan mengguncang dunia ini dengan menegakkan panji-panji Islam.

Jangan biarkan anak anda sibuk dengan dunia khayal, sebagai dampak dari film-film yang ditontonnya. Bagi yang belum menikah bersabar dan berusahalah untuk meraih kasih sayang Allah, karena orang yang mendapat kasih sayang Allahlah yang akan beroleh kebaikan dunia dan akhirat. Semoga kita semua beroleh Surga yang dijanjikan Allah, dan diizinkan untuk hadir dalam pertemuan yang sangat gung yakni pertemuan di saat melihat wajah Allah, sebagai imbalan bagi hambanya yang sabar dalam meniti hidup ini. Amin ya Rabbal’alamin

Posted June 14, 2011 by a'im in Cerpen dan Kisah

Tagged with , , , , , , , , , ,

Seputar Peristiwa Kematian Umar bin Kahttab   Leave a comment

Dari ‘Amr bin Maimun: Aku melihat Umar bin Khattab r.a. beberapa hari sebelum ia ditikam di Madinah. Ia sedang berdiri bersama Hudzaifah bin Al Yaman dan Utsman bin Hunaif dan ia berkata pada mereka, “Apa yang telah kau lakukan? Apakah kamu berpikir bahwa kamu bisa menarik pajak tanah (Irak) lebih besar dari yang seharusnya.” Mereka menjawab, “Kami menetapkannya lebih besar dari yang seharusnya karena tanah tersebut bernilai tinggi.” Kemudian Umar kembali berkata, “Sudahkah kamu memeriksa apakah ada tanah yang telah ditetapkan melebihi kualitasnya.” Mereka berkata, “Belum.” Umar menambahkan, “Jika Allah membiarkanku hidup, aku akan menjadikan para janda di Irak tidak membutuhkan laki-laki untuk membantu mereka sesudahku.” Tetapi hanya empat hari berlalu setelahnya ia (Umar) ditikam (sampai wafat). Di hari saat ia ditikam, aku sedang berdiri dan tidak ada seorang pun di antara aku dan ia (Umar) kecuali Abdullah bin Abbas. Sewaktu Umar berjalan melewati dua barisan, ia berkata, “Luruskan barisan.” Ketika ia mendapati barisan telah lurus, ia pun maju ke depan dan memulai shalat dengan takbir. Ia hendak membacakan surat Yusuf atau An-Nahl atau yang ia sukai pada rakaat pertama sehingga semua orang sempat mengikuti sholat berjamaah.

Sesaat setelah ia mengucapkan takbir, aku mendengarnya berkata, “Seekor anjing telah membunuh atau menggigitku,” sesaat setelah ia (si pembunuh) menikamnya yaitu seorang kafir non-Arab muncul, sambil membawa sebilah pisau dua-mata dan menikam semua orang yang ia lewati di sebelah kiri dan kanan (sampai) ia menikam tiga belas orang di luar dari tujuh orang yang meninggal karenanya. Ketika ada salah seorang muslim melihatnya, ia melemparkan sebuah jubah padanya. Menyadari bahwa ia telah tertangkap basah, laki-laki kafir itu pun membunuh dirinya sendiri. Umar memegang tangan Abdurrahman bin Auf dan membiarkannya memimpin Shalat. Mereka yang berdiri di samping Umar dapat melihat apa yang kulihat, tetapi mereka yang berada di bagian lain dari masjid tersebut tidak dapat melihat apapun, namun mereka tidak lagi mendengar suara Umar dan mereka berkata, “Subhanallah! Subhanallah!” Abdurrahman bin Auf pun memimpin shalat itu dengan singkat. Ketika mereka telah selesai shalat, Umar berkata, “Ya Ibnu Abbas! Temukan orang yang telah menyerangku!” Ibnu Abbas terus mencari di sini dan di sana dalam waktu yang singkat dan kemudian datang dan berkata, “(Ia adalah) Budak Al Mughira.” Untuk itu Umar berkata, “Si pengrajin.” Ibnu Abbas berkata, “Benar.” Umar berkata, “Semoga Allah mengutuknya. Aku tidak pernah berbuat tidak adil padanya. Segala puji dan syukur kepada Allah yang tidak membiarkanku mati ditangan seseorang yang telah menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Tidak ada keraguan, engkau dan ayahmu (Abbas) pernah menyukai untuk memiliki lebih dari orang-orang kafir non-Arab di Madinah.” Al Abbas memiliki jumlah budak yang paling banyak. Ibnu Abbas berkata pada Umar, “Jika engkau menginginkan, kami akan melakukannya.” Maksudnya, “Jika engkau menginginkan, kami akan membunuhnya.” Umar berkata, “Kamu telah keliru (kamu tidak bisa membunuh mereka) setelah mereka berbicara dengan bahasamu, melakukan sholat menghadap kiblatmu, dan melakukan haji sepertimu.” [2]

Kemudian Umar dibawa ke rumahnya, dan kami pergi bersamanya, dan semua orang seolah tak pernah merasakan malapetaka seperti hari itu. Beberapa orang mengatakan, “Jangan khawatir (ia akan cepat pulih).” Beberapa orang berkata, “Kami takut (bahwa ia akan wafat).” Kemudian diberikan kepadanya minuman air lalu ia meminumnya tetapi kemudian keluar lagi (dari balutan luka) dari perutnya. Kemudian segelas susu dibawakan padanya dan ia pun meminumnya, dan susu itu pun keluar dari perutnya. Semua orang menyadari bahwa ia akan meninggal. Kami mendatanginya, dan orang-orang pun berdatangan, mendoakannya. Seorang pemuda datang dan berkata, “Ya pemimpin orang-orang beriman! Terimalah kabar gembira dari Allah untukmu sebab kesetiaanmu menyertai Rasulullah dan keunggulanmu dalam Islam yang telah kau ketahui. Lalu engkau menjadi seorang khalifah dan memerintah dengan adil dan akhirnya kau pun syahid.” Umar berkata, “Semoga semua kehormatan ini menyeimbangkan (semua kekuranganku) maka aku tidak akan kehilangan atau mendapat keuntungan apapun.” Ketika pemuda itu berbalik untuk pergi, pakaiannya terlihat menyentuh tanah. Umar berkata, “Panggil pemuda itu kembali padaku.” (Ketika ia kembali) Umar berkata, “Wahai anak saudaraku! Angkatlah bajumu, supaya pakaianmu tetap bersih dan akan menyelamatkanmu dari hukuman Tuhanmu.” Umar lebih lanjut berkata, “Ya Abdullah bin Umar! Periksalah berapa banyak hutangku pada kalian.” Ketika hutang itu telah dihitung, jumlahnya mendekati delapan puluh enam ribu (dinar). Umar berkata, “Bila harta keluarga Umar dapat menutupinya, maka bayarkanlah hutang-hutang itu; bila tidak maka mintalah pada Bani ‘Adi bin Ka’b, dan bila tidak mencukupi juga, maka mintalah pada kaum Quraisy, dan jangan memintanya dari yang lain, dan bayarkanlah hutang ini atas namaku.” [3]

 

Penunjukkan Khalifah Baru

Maka ketika Umar menghembuskan nafas terakhirnya, kami membawanya keluar dan bersiap untuk berjalan. Abdullah bin Umar menyampaikan salam pada Aisyah dan berkata, “Umar bin Khattab meminta ijin.” Aisyah berkata, “Bawa ia masuk ke dalam.” Ia pun dibawa masuk ke dalam dan dimakamkan disamping kedua sahabatnya. Ketika ia sedang dimakamkan, sekelompok orang (yang direkomendasikan oleh Umar) mengadakan pertemuan. Kemudian Abdurrahman berkata, “Aku memberikan hakku pada Ali.” Talha berkata, “Aku memberikan hakku pada Utsman.” Sa’d berkata, “Aku memberikan hakku pada Abdurrahman bin Auf.” Abdurrahman kemudian berkata pada Utsman dan Ali, “Sekarang siapakah di antara kalian yang bersedia untuk memberikan haknya sebagai kandidat sehingga ia dapat memilih yang terbaik di antara dua, dan menjadikan Allah dan Islam sebagai saksinya.” Lalu keduanya (Utsman dan Ali) terdiam. Abdurrahman berkata, “Maukah kalian menyerahkan urusan ini padaku, dan aku menjadikan Allah sebagai saksi bahwa aku akan memilih yang terbaik di antara kalian.” Mereka berkata, “Ya.” Maka Abdurrahman menjabat tangan salah satu di antara mereka (Ali) dan berkata, “Engkau memiliki hubungan dengan Rasulullah dan merupakan salah satu pemeluk Islam yang pertama, seperti yang engkau ketahui. Maka, aku bertanya kepadamu demi Allah untuk berjanji, bahwa bila aku memilihmu sebagai khalifah maka engkau akan berlaku adil, dan bila aku memilih Utsman sebagai khalifah, engkau akan mendengarkan dan mentaatinya.” Kemudian ia menjabat tangan Utsman dan berkata hal yang sama padanya. Ketika Abdurrahman menjaminkan perjanjian dari keduanya, ia berkata, “Ya Utsman! Acungkan tanganmu.” Maka ia (Abdurrahman) berbaiat pada Utsman, dan kemudian Ali pun berbaiat padanya dan kemudian seluruh penduduk Madinah berbaiat kepadanya.

Semua orang berkata (kepada Umar), “Wahai pemimpin orang-orang beriman! Tunjukkanlah seseorang yang pantas menggantikanmu.” Umar berkata, “Aku tidak menemukan seorang pun yang lebih pantas untuk tugas tersebut melainkan orang-orang yang mengikuti, atau kelompok yang disukai oleh Rasulullah semasa hidupnya.” Kemudian Umar menyebutkan Ali, Utsman, Az-Zubair, Talha, Sa’ad, dan Abdurrahman (bin Auf) dan berkata, “Abdullah bin Umar akan menjadi saksi bagimu, namun ia tidak akan mendapat bagian kekuasaan. Keberadaannya menjadi saksi akan menjadi pengganti baginya untuk tidak mengambil bagian dalam kekuasaan. Apabila Sa’ad yang menjadi khalifah, hal itu baik; apabila tidak, siapapun yang menjadi khalifah harus meminta bantuan darinya, seperti halnya aku yang tidak pernah mengenalinya dari ketidakmampuan atau ketidakjujuran.” Umar menambahkan, “Aku menyarankan kepada penggantiku untuk memperhatikan kaum muhajirin; untuk memahami hak-hak mereka dan melindungi kehormatan serta hal-hal yang suci bagi mereka. Aku juga merekomendasikan supaya ia bersikap baik terhadap kaum Anshar yang telah tinggal di Madinah sebelum kaum Muhajirin dan hidayah telah masuk ke dalam hati mereka sebelumnya. Aku merekomendasikan supaya khalifah dapat menerima kebaikan dari Al Haq di antara mereka dan memaklumi kekhilafan mereka, dan aku merekomendasikan supaya ia dapat berbuat baik kepada semua penduduk (kaum Anshar), seperti (dan menganggap) mereka adalah para pelindung-pelindung Islam dan sumber kekayaan dan sumber gangguan bagi para musuh. Aku juga merekomendasikan bahwa tidak ada suatu pun yang diambil dari mereka kecuali dari keuntungan yang mereka peroleh seijin mereka. Aku juga merekomendasikan supaya ia berlaku baik terhadap bangsa Arab (Badui), seperti mereka adalah penduduk asli tanah Arab dan bagian dari Islam. Dan bila ia hendak mengeluarkan (zakat) harta mereka kepada orang-orang miskin di antara mereka, maka hendaklah ia mengeluarkan yang sesuai dengan apa yang mereka pergunakan untuk diri mereka sendiri. Dan aku juga merekomendasikan supaya ia memperhatikan kaum yang dilindungi Allah dan Rasul-Nya (kafir Zhimmi) dengan memenuhi perjanjian dengan mereka dan berperang untuk mereka dan tidak membebani mereka dengan apa yang tidak mereka sanggupi.”

Umar kemudian berkata (pada Abdullah), “Pergilah ke Aisyah (Ummul Mukminin) dan katakan: Umar menyampaikan salam padamu. Namun jangan katakan: pemimpin orang-orang beriman, sebab hari ini aku bukanlah pemimpin orang-orang beriman. Dan katakan: Umar bin Khattab meminta ijin untuk dimakamkan bersama dengan dua sahabatnya (Rasulullah dan Abu Bakar).’” Abdullah pun datang dan memberi salam pada Aisyah dan meminta ijin untuk masuk, dan kemudian ia pun masuk dan menemukannya sedang duduk dan menangis. Ia (Abdullah) berkata padanya, “Umar bin Khattab menyampaikan salam padamu, dan meminta ijin untuk dapat dimakamkan bersama dengan dua sahabatnya.” Aisyah berkata, “Tadinya aku ingin memilikinya untukku, tetapi hari ini aku memilih Umar daripada diriku.” Ketika Abdullah kembali, disampaikanlah pada Umar, “Abdullah bin Umar telah datang.” Umar berkata, “Bantu aku duduk.” Seseorang membantu mengangkat tubuhnya dan Umar bertanya (pada Abdullah), “Berita apa yang kau bawa” Ia berkata, “Wahai pemimpin orang-orang beriman! Seperti yang engkau inginkan. Ia (Aisyah) telah memberikan ijin.” Umar berkata, “Segala puji bagi Allah, tidak ada yang lebih penting bagiku selain hal ini. Maka jika aku mati, bawa aku, dan datanglah pada Aisyah dengan salam dan katakan: “Umar bin Khattab meminta ijin (untuk dapat dimakamkan bersama dengan Rasulullah),” dan bila ia memberikan ijin, makamkan aku di sana, dan bila ia menolak, maka bawalah aku ke pemakaman kaum muslimin.” Kemudian Hafsah (Ummul Mukminin) datang dengan para wanita lainnya yang berjalan bersamanya. Ketika kami melihatnya, kami pergi menjauh. Ia (Hafsah) mendatangi Umar dan menangis di sisinya selama beberapa saat. Ketika para laki-laki meminta ijin untuk masuk, ia pergi ke suatu tempat, dan kami mendengarnya menangis di sana.

Kalau Shalat Jum’at Ketinggalan Satu Raka’at   3 comments

kalau kita jama’ah sholat jum’at terus ketinggalan satu rakaat, Apa kita harus menambah satu rakaat lagi atau tidak? Pertanyaan sama kalau kita tertinggal rakaat pada waktu shalat tarawih.

Bila anda tertinggal satu rakaat dalam shalat jum’at, maka anda wajib menyelesaikan lagi satu rakaat bila imam sudah salam. Sebab anda tetap terhitung melakukan shalat Jum’at selama anda bisa ikut shalat sebelum imam bangun dari ruku’ pada rakaat kedua.

Sebaliknya, kalau anda baru bergabung shalat ketika imam shalat Jum’at sudah bangun dari ruku pada rakaat kedua, maka anda tidak dianggap sudah ikut shalat Jum’at. Maka yang harus anda lakukan adalah tetap ikut gabung dengan jamaah shalat Jum’at, tapi begitu imam salam, anda bangun lagi untuk shalat zhuhur yang jumlah rakaatnya 4 kali. Jadi anda shalat zhuhur bukan shalat Jum’at namun tetap harus ikut gabung dulu di awalnya dengan jamaah dan imam shalat Jum’at.

Ketentuan ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW: Dari Abi Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mendapatkan satu rakaat bersama imam, maka dia terhitung (mendapat) shalat itu”. (Hadits Muttafaq Alaihi: Bukhari no. 580, Muslim 607).

Dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mendapatkan satu rakaat pada shalat Jum’at atau shalat lainnya, maka dia terhitung (mendapat) shalat itu.”

Selain kedua dalil ini adalah beberapa hadits lain yang senada yang diriwayatkan oleh An-Nasai, Ad-Daruquhtuni dan lainnya.

Shalat Jum’at adalah ibadah yang fardhu dan diwajibkan di dalam Al-Qur’an Al-Kariem. Dan meninggalkan shalat Jum’at karena lalai adalah berdosa serta akan dikunci-mati hatinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

Dari Abu Ja’d Ad-Dlamri ra bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Orang yang meninggalkan sholat Jum’at karena menganggap sepele ibadah tersebut, maka Allah akan mengunci hati mereka.” (HR Abu Daud No. 1023, Tirmidzi No. 500, Nasa’i 3/88 dan Ibnu Majah No. 1125. Hadis ini dihasankan oleh Al-Bani dalam kitab Shohih sunan Abu Daud 1/196)

Riwayat tersebut dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan dari dua orang sahabat, Abu Hurairoh dan Ibnu Umar RA, bahwa keduanya mendengar Rasulullah SAW bersabda di atas minbar, “Hendaklah orang-orang berhenti dari meninggalkan sholat Jum’at atau Allah pasti akan mengunci hati-hati mereka kemudian mereka pasti akan menjadi orang-orang yang lalai.” (HR Muslim 1/591).

kiblat bergeser 90 derajat,,,   1 comment

ada sebuah kisah mimpi yang cukup unik dan perlu penafsiran,,,

mimpi ini saya alami pada malam selasa tanggal 01 maret 2011 pukul 2 malam. mimpi ini sedikit aneh munurut saya, pasalnya dalam mimpi ini menyangkut pergeseran arah kiblat.

Kronologis kisahnya di dalam mimpi bermulai  ane hendak melaksanakan sholat jemaah kira-kira sholat ashar, sekitar pukul 3.30. di dalam mimpi ane ikut sebagai makmum masbuk dalam jemaah di masjid dekat rumahku yaitu masjid Al Ikhwan tepatnya. namun ane sungguh heran, biasanya kita sholat menghadap kiblat ke arah barat sedikit condong 15 derajat ke kanan. ehhh,,,di dalam tuh mimpi ternyata bergeser 90 derajat ke arah utara. di dalam mimpi itu ane ngerti  bahwa kiblat memang telah bergeser…walaupun tidak ada yang memberi tahu…

cukup aneh kenapa kiblat bisa berubah seperti itu di dalam mimpi. mungkin ini pengaruh dari tanda-tanda akhir zaman yang disebutkan dalam kitab-kitab lama bahwa salah satu tanda kiamat adalah matahari akan muncul dari timur…..

pabila membayangkannya, klo matahari tiba-tiba terbit dari timur, naudzubillah…..sungguh tidak siap kita semua dengan amal yang sangat kurang, dan dosa yang sangat banyak..Bayangkan tidak sempat taubat, dan keburu dihisab semua dosa dan kesalahan. dan bayangkan pula pabila dalam mimpi itu ternyata bukanlah sebuah mimpi. seperti orang yang dipaksa mati tapi ia belum siap.. gimana gak kebakaran jenggot dong klo ngadepin tuh kondisi……Masya Allah….mohon ampun ya Allah!!!!

DuA Bentuk Kekosongan Hati   4 comments

terkadang suasana hati kita sering merasakan ketidaktenangan dalam menginjakkan bumi Allah ene,,ciehhh kayak antu dong. tapi gaklah bukan itu yang dimaksud. ketidaktengan menapak bumi itu lebih mengarah kepada kekosongan jiwa dan raga, baik akan siraman rohani maupun ketidakpuasan. namun yang terjadi adalah sering kali kita tidak menyadari bahwasanya hati kita sedang kosong. hanya segelintir orang saja yang bisa merasakannya dan mengetahui bahwasanya ia dalam keadaan hati yang gundah dan kosong.


ada dua kekosongan dan kebimbangan, menurut hemat saya. yach elah udah kayak nabung aja ne pake hemat2an.. heheh…

  • yang pertama kekosongan dan kebimbangan yang mengarah pada hubbuddunya,, nah ini yang sering dirasakan kita orang sebagai penduduk bumi. sehingga pabila kita melihat nikmat yang hadir pada orang lain, sedang kita tidak memilikinya. nah yang kayak gini neh yang sering nongkrong di hati kita pada… rasa bahwa kita minder dan tidak sama layaknya mereka. Pada dasarnya kita sama dengan mereka hanya saja mereka terlebih dulu diberi kepercayaan atau amanah untuk mengelola benda dunia tersebut. sehingga muncul ne dalam bahasa dunia ada yang kaya dan ada yang miskin. Neh karena kita lebih memandang keatas dibanding kebawah.. Akibatnya bakal lebih parah ne.. kita merasa bahwa Allah tidaklah adil. Masya Allah lantaran melihat benda dunia yang belum diamanahkan pada kita. (ane gunakan kata belum bukan tidak ne,,karena Allah lebih tau kebutuhan kita2).
  • yang kedua adalah kekosongan dan kebimbangan lantaran kurangnnya di dalam hati kita Mahabbah kepada Allah, sehingga kita merasa berjalan layaknya zombie,,, jiahhhhh…

nah bila kita udah merasakan bahwa didalam hati kita kosong dan tiba2 kita merasa senang mendengar atau kepengen bener dekat dengan Allah (taqorrub illallah), cepet cepet dah kita mendekat, karena insya Allah ini adalah hidayah yang Allah berikan. Kekosongan tersebut banyak macemnya, ada yang merasa selalu mau marah, gundah, gusar atau malah merasa bingung jalan kayak maju mundur kagak keruan,,, nah tatkala kita ingat atau dzikrullah, maka hadir rasa legah dalam hati setelahnya, ato gak kita justru memutuskan hendak sholat aja ne. teruss kita merasa legaan atau tentram setelahnya. Nah inilah artinya kita dalam keadaan kosong atau haus akan Taqorrub ilallah. kita merasa senang melakukan ibadah, sehingga hilanglah rasa gundah dan kekosongan batin kita. tapi jangan heran setelahnya akan hadir kembali yang justru berakibat kita malah lebih giat untuk menuntutnya…Artinya kita merasa haus dan selalu merasa dahaga akan kasih sayang Allah, selalu merasa haus akan meraih ridho dan Cinta Allah. Insya Allah inilah kekosongan yang harus kita isi.. Maafi Qolbi Illallah……penuhi hati dengan mahabbah ilallah.

Jadi janganlah heran kalo kita meminta kepada Allah sekuntum bunga yang cantik, ehhh ternyata Allah beri kita kaktus. Atau pabila kita meminta pada Allah seekor burung yang cantik, ternyata Allah beri kita seekor ulat bulu…sehingga kita berpikir bahwa Allah itu tidaklah adil… Weitzzz jauhkan ne sifat, kekosongan batin ini bisa diisi oleh syaitan,, segera taawudz mohon lindungan Allah dari sifat tersebut. kita harus sadari bahwa Allah tidaklah memberi apa yang kita minta. Tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan.
Balik lagi ne pada cerita tadi,, eh ternyata tuh kaktus berbunga cantik….dan ulat tadi berubah jadi kupu-kupu cantik…. nah,,pa gue bilang,, Allah maha Tau, apa yang kita butuhkan. dan apa yang baik buat kita.

My Writing in : “Al-Qudsul Al-Abha” (Kesucian yang sangat Indah) . rahmad salim.2011